Lulus Doktoral UNS, Laily Furaida: Difabel Bisa Mandiri dengan Wirausaha
/ Surakartan
Pemberdayaan difabel dengan kewirausahaan, salah satunya berdaya dukung CSR BUMN.
KENTINGAN, Jebres | Pemberdayaan kalangan difabel dengan jalan kewirausahaan menjadi minat utama studi doktoral CSR Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS), Laily Furaida. Salah satunya, karena daya dukung Corporate Social Responsibility (CSR) dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dalam penelitiannya, Laily Furaida menganalisis implementasi pemberdayaan difablepreneur melalui CSR BUMN wilayah eks-Keresidenan Surakarta, serta menemukan model pemberdayaan difablepreneur yang ideal.
Model pemberdayaan difablepreneur yang telah direkomendasikan menawarkan pelibatan aksi bersama sebagai bentuk collaborative governance melibatkan elemen-elemen lebih luas dalam satu forum asosiasi terintegrasi dalam peran dan fungsi masing-masing.
Laily menyebutnya sebagai ‘CSR BUMN Inklusif’, yakni sebuah model tanggung jawab sosial dan lingkungan berorientasikan pada keadilan sosial, kesetaraan akses, dan partisipasi aktif dari kelompok rentan dalam pembangunan melalui kemitraan kolaboratif antara BUMN, pemerintah, dan masyarakat guna menciptakan kemandirian dan keberlanjutan bersama.
Menurutnya, CSR BUMN inklusif menekankan partisipasi sejajar antara perusahaan, masyarakat, dan pemerintah dalam perencanaan sekaligus pelaksanaan program. Selain itu, akses setara terhadap sumber daya, peluang, dan manfaat program CSR tanpa diskriminasi.
CSR BUMN inklusif juga menekankan pemberdayaan berkelanjutan, yaitu peningkatan kapasitas dan kemandirian penerima manfaat agar tidak bergantung pada bantuan korporasi. Selanjutnya, sinergi multiaktor dalam kerangka collaborative governance, di mana BUMN berperan sebagai katalisator sosial yang menghubungkan dunia usaha dengan kepentingan publik.
Terakhir, CSR BUMN inklusif menekankan keberlanjutan sosial dan ekonomi yang menjamin hasil program CSR guna memperkuat kesejahteraan bersama, bukan hanya reputasi korporasi.
Laily Furaida berhasil meraih gelar Doktor CSR Penyuluhan Pembangunan tanpa harus mengikuti Ujian Terbuka Promosi Doktor dan hanya mengikuti Ujian Tertutup. Hal ini sesuai dengan Peraturan Rektor Nomor 23 Tahun 2020 yang diperbarui Peraturan Rektor Nomor 22 Tahun 2024 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Program Magister dan Program Doktor.
Dari penelitiannya, dihasilkan dua publikasi ilmiah pada jurnal internasional terindeks Scopus (Q1). Selain itu, luaran penelitiannya juga telah terpublikasi tiga proceeding Seminar Internasional dan menghasilkan satu buku Prototype Model.
Laily berhasil mempertahankan disertasinya berjudul ‘Model Pemberdayaan Difablepreneur dalam Program CSR BUMN di Eks-Keresidenan Surakarta’ di hadapan para dewan penguji, yakni Sajidan (Ketua Penguji), Eny Lestari (Sekretaris Penguji), Ravik Karsidi (Promotor), Drajat Tri Kartono (Co Promotor 1), Sapja Anantanyu (Co Promotor 2), Munawir Yusuf (Penguji Internal), dan Faisal (Penguji Eksternal) pada senin (10/11/2025).
Rujukan Praktik CSR
Ravik Karsidi selaku Promotor memberikan apresiasi tinggi. Baginya, studi Laily berhasil menemukan dan menyarankan pelaksanaan CSR BUMN yang harus Inklusif. Anggota Dewan Pendidikan Tinggi (DPT) ini berpandangan, hal tersebut bisa menjadi pilihan paradigma baru CSR.
Sementara Faisal selaku Penguji Eksternal berpendapat, hasil penelitian ini merupakan sesuatu yang baru dan sangat penting diikuti oleh praktek-praktek CSR selanjutnya. Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (UNDIP) dan Guru Besar Bidang CSR itu menilai disertasi Laily sebagai salah satu disertasi berkualitas tinggi.
“Disertasi tersebut memiliki kebaruan, baik secara tema, perspektif teori, maupun secara metodologi yang digunakan. Implikasi dari temuan disertasi ini sangat bermanfaat tidak hanya dari sisi akademisi, tetapi juga untuk pembuatan kebijakan oleh pemerintah terkait bagaimana model difablepreneur berbasis CSR mampu memberikan landasan untuk pemberdayaan komunitas difabel,” ujar Faisal.
Ia yakin, temuan dari disertasi ini akan mampu memberikan landasan bagi pengembangan riset dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya bagaimana implementasi model difablepreneur dapat digunakan untuk melihat faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam program pemberdayaan bagi komunitas difabel.
Editor: Rahma Frida
