

Ketua Eksekutif Solo Institute: Pemilu 2024 Momentum Penguatan Entitas Surakartan
/ Surakartan
Pemilu 2024 dapat menjadi peletak kepemimpinan Surakartan yang penuh pranata Jawa nan adiluhung.
JAJAR, Laweyan | Pemilihan Umum 2024 tidak lama lagi akan dihelat. Kontestasi strategis tersebut dapat berpengaruh signifikan pada perubahan berbagai sektor, baik itu politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Salah satu perubahan yang kompatibel menjawab zaman dalam gelaran Pemilu 2024 adalah penguatan entitas Surakartan.
“Sejak Keraton Surakarta Hadiningrat dibangun oleh Sri Susuhunan Pakubuwana II pada abad ke-18 sebagai pengganti Keraton Kartasura, entitas Surakartan mulai terbentuk. Kasunanan sebagai punjer perekonomian menjadi pengikat wilayah-wilayah di sekitarnya. Pada masa kini, Surakartan dapat merepresentasi Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Klaten,” ujar Ketua Eksekutif Solo Institute, Hanif Assabib Rosyid, dalam ‘Bincang Surakartan’, Kamis (2/11/2023), di Kantor Kelurahan Jajar.
Hanif menjelaskan, Indonesia kini tengah berproses mencapai ‘Usia Emas’ pada tahun 2045, saat Republik berusia 100 tahun nanti. Satu abad perjalanan Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kondisi objektif terkini, yakni mulai nyatanya era super smart society atau jamak disebut era Society 5.0, tahap demi tahap keluar dari masa pandemi Covid-19, serta terus mewujudnya Bonus Demografi.
“Solo Institute mengajak publik untuk membayangkan sebuah entitas bernama Super Smart Surakartan, yakni masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh transformasi inovasi ilmiah dan teknologi, melengkapi kebiasaan utama sebagai pemburu atau masyarakat pengumpul, masyarakat agraris, masyarakat industri, dan masyarakat informasi. Untuk orientasi pemanfaatan era Society 5.0 menuju ide dan aksi kreatif kemudian melahirkan bisnis-bisnis segar baru yang berdampak besar pada perekonomian,” paparnya.
Sebuah kenyataan yang tidak dapat ditolak, sambung alumnus Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta ini, ketika mencapai usia emasnya, terjadi peningkatan jumlah penduduk usia produktif, yakni antara 16 hingga 65 tahun, diikuti menurunnya angka kelahiran serta kematian.
“Saya berharap, kesempatan tersebut dapat kita optimalkan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan warga Surakartan,” tandas Hanif.
Selanjutnya, hasil studi Solo Institute menemukan berbagai isu penting ke arah sana, mulai dari daya saing, jaminan keamanan, fasilitas kesehatan, tingkat pengangguran, penguasaan sains dan teknologi, dan nilai ekspor yang lebih tinggi dibanding impor. Berbagai isu ini memungkinkan transformasi Surakartan menjadi entitas penting dengan salah titik tumpunya, Pemilu 2024.
“Coblosan bukan semata pesta demokrasi. Mari bergandeng tangan merumuskan berbagai program terbaik bagi kolaborasi Surakartan,” tutup laki-laki asli Delanggu ini.
Editor: Agung Julianto Damanik