

Optimalkan Gawai, Pemilih Pemula Bisa Melek Literasi dan Awasi Pilkada 2024
/ Surakartan
Kecenderungan Gen Z pada gawai akan bernilai produktif bila terarah.
SRIWEDARI, Laweyan | Tidak dapat dipungkiri, keseharian para pemilih pemula begitu lekat dengan gawai. Kebiasaan mengakses informasi yang didominasi penggunaan gawai mau tidak mau berimplikasi luas pada berbagai ranah, termasuk penyaluran hak pilih Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
“Rasanya sulit memisahkan para pemilih pemula dengan penggunaan gawai. Pada masa ini, usia mereka berada pada rentang 17-25 tahun, atau diklasifikasi sebagai Generasi Z. Dengan optimalisasi gawai, para pemilih pemula sebenarnya dapat melek literasi dan turut dalam pengawasan Pilkada 2024,” ujar Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Surakarta, Agus Sulistyo, usai Sosialisasi Pengawasan Partisipatif, di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Surakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, hidup dalam era pasca-kebenaran (post-truth) seperti sekarang, jutaan informasi sangat mungkin menyesatkan kalangan muda. Pendapat mereka tidak lagi dibentuk oleh fakta dan rasionalitas, melainkan sentimen dan kepercayaan.
“Kita paham, sebenarnya, para Zoomers tidak apatis terhadap politik. Hanya saja mereka distracted, anxious, atau disillusioned. Pemilih muda yang berpendidikan dan berpendapatan menengah-tinggi, tinggal di daerah perkotaan, serta aktif di media sosial cenderung lebih mempercayai misinformasi dibandingkan segmen pemilih lainnya,” terang Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat tersebut.
Namun sayangnya, sambung Agus, kegiatan kampanye cenderung terpolarisasi pada isu personal. Apabila benar-benar diperhatikan, begitu sedikit kampanye yang membahas kebijakan. Dengan demikian, rasa percaya atau tidak percaya yang lahir dari kampanye itu tetap saja tidak menyentuh gambaran masa depan kepemimpinan bangsa, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Pilkada Surakarta 2024 yang tidak lama lagi membutuhkan partisipasi pengawasan masyarakat yang intensif dan mumpuni. Alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini berpandangan, peran para pemilih pemula sangatlah signifikan dalam mempengaruhi kualitas penyelenggaraan Pilkada.
“Anak-anak muda dapat proaktif dalam mencari kebenaran jika ada informasi negatif, turut menyebarkan informasi benar dan positif terkait Pilkada, dan melapor jika melihat pelanggaran. Pengawasan partisipatif akan lebih mudah dijalankan bila kalangan muda melek literasi kepemiluan,” terang penulis buku Soradem: Solo Ramah Demokrasi, Potret Demokrasi Kota tersebut.
Mengapa para pemilih pemula perlu turut dalam pengawasan partisipatif? Agus menjelaskan, untuk memastikan terlindunginya hak politik warga negara. Selanjutnya, memastikan terwujudnya Pilkada Surakarta 2024 yang bersih, transparan, berintegritas, dan hasilnya bisa diterima oleh semua pihak, baik kontestan maupun masyarakat secara luas.
“Perang anak-anak muda penting untuk turut mencegah terpilihnya calon yang korup dan tidak amanah serta mendorong terwujudnya Pilkada sebagai penentu kepemimpinan politik dan evaluasi kepemimpinan politik,” tutupnya.