Webinar PPMB FEB UMS membahas pentingnya konektivitas antar-daerah, Rabu (20/12/2023). (PPMB FEB UMS)
Konektivitas, Kunci Pemasaran Komoditas Antar-Daerah : Webinar PPMB FEB UMS membahas pentingnya konektivitas antar-daerah, Rabu (20/12/2023). (PPMB FEB UMS)
Webinar PPMB FEB UMS membahas pentingnya konektivitas antar-daerah, Rabu (20/12/2023). (PPMB FEB UMS)

Konektivitas, Kunci Pemasaran Komoditas Antar-Daerah

PPMB Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMS dapat berperan sebagai kolaborator strategis bagi pemerintah daerah.


PABELAN, Kartasura | Era digital semakin masif memasuki setiap sendi kehidupan manusia. Kemitraan dan kolaborasi kini menjadi titik vital berbagai kepentingan, mulai dari pelayanan publik pemerintah hingga dunia bisnis. Konektivitas yang didukung kemitraan strategis berikut kebutuhan untuk saling bertukar pengetahuan dan berbagi sumber daya tak pelak menjadi keniscayaan.

Hal tersebut mengemuka dalam webinar bertajuk ‘Konektivitas Daerah untuk Pemasaran Komoditas Pertanian Antar-Daerah’ yang diselenggarakan Pusat Studi Penelitian dan Pengembangan Manajemen dan Bisnis (PPMB) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta (FEB UMS), Rabu (20/12/2023).

Forum terasa representatif dengan menghadirkan enam perwakilan Pemerintah Kabupaten, yakni Sukoharjo, Wonogiri, dan Karanganyar. Sejumlah 76 mahasiswa turut dalam webinar yang dipandu oleh Sidiq Permono Nugroho dan Farid Adi Prasetya tersebut.

Diskusi dibuka oleh moderator sekira pukul 08.00 seraya memaparkan maksud tema kepada audiensi tentang betapa pentingnya konektivitas bagi pemerintah daerah.

“Indeks daya saing daerah biasanya digunakan untuk berkompetisi. Akan tetapi, sekarang lebih penting untuk memikirkan bagaimana harmonisasi dan kolaborasi antar-wilayah itu terwujud agar koordinatif dan saling menguatkan,” tutur Sidiq penuh semangat.

Menurutnya, ada beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap praktik konektivitas antar-daerah. Pertama, sumber daya manusia sebagai aspek pendidikan. Kedua, regulasi pendukung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk kemudahan akses perbankan. Ketiga, teknologi berupa paradigma pembangunan dalam paradigma inovasi yang akan melibatkan aspek laboratorium.

“Jangan lupakan pula faktor keempat, yakni ekosistem dan inovasi,” ujar Sidiq.

Usai moderator memberi gambaran awal tentang arah diskusi, presentasi pertama pun dimulai. Kepala Bidang Ekonomi dan Pengembangan Wilayah Bappeda Wonogiri, Siti Suryani, mengetengahkan pemetaan daya saing Provinsi Jawa Tengah yang berpengaruh pada analisis indeks Kota Mete.

“Pemetaan daya saing Jawa Tengah digunakan untuk memberikan rekomendasi kebijakan dari analisis indeks sebagai perencanaan pengembangan kabupaten. Hasil dari pengukuran indeks daya saing Wonogiri tergolong tinggi, dengan diukur beberapa indikator yang disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing,” jelasnya.

Pemerintah Kabupaten Wonogiri adalah Juara 1 Aspek Ekosistem Inovasi untuk Kabupaten/Kota pada anugerah Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) Jawa Tengah 2020. Aspek penilaian IDSD meliputi perencanaan, hasil IDSD dalam Empat pilar, pemanfaatan IDSD dalam konteks pembangunan wilayah dan perencanaan pembangunan daerah, serta komitmen kepala daerah dan kerja sama.

“Sementara di dalam ekosistem, terdapat hal yang menonjol berkaitan dengan dimensi regulasi dan kewirausahaan, interaksi dan keberagaman produk unggulan daerah, serta kesiapan teknologi. Kajian dari permasalahan yang muncul, harapannya Pemkab Wonogiri dan UMS dapat menjalin kerja sama dalam bentuk MoU,” pungkas Siti.

Selanjutnya, Analis Perencanaan Bappeda Karanganyar, Eko Wicaksono Pambudi, menyampaikan tiga potensi kabupatennya di sektor industri, pertanian, dan pariwisata. Apabila ketiga sektor tersebut bisa dikembangkan dengan baik maka dapat menjadi kekuatan utama perekonomian daerah Karanganyar.

“Rencananya, Pemkab Karanganyar akan menyediakan satu lokasi kawasan industri guna tata kelola. Tujuannya, memudahkan pemecahan isu-isu pengolahan limbah. Pemanfaatan kawasan-kawasan industri yang potensial seperti Kawasan Industri Gondangrejo semoga dapat dicantumkan dalam Perda dan substansi RTRW Kabupaten Karanganyar,” katanya.

Petani Milenial

Narasumber ketiga, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Bagas Windaryatno, menjabarkan isu-isu strategis dan fokus pembangunan wilayahnya. Selain pertanian sebagai sektor unggulan, pembangunan digencarkan pula di sektor industri pengolahan, perdagangan, properti, dan perhotelan.

Ia berpandangan, betapa penting penguatan konektivitas serta mitigasi dan pengurangan risiko bencana. Dalam penjelasannya, Bagas mencuplik hasil pengembangan dan penguatan infrastruktur strategis, seperti harmonisasi pengembangan wilayah, SDM, pengurangan kemiskinan, percepatan lapangan kerja, percepatan infrastruktur dan ketahanan bencana, serta penguatan ideologi Pancasila.

“Dalam hal suplai bahan baku untuk memasok industri, kami bekerja sama dengan kabupaten lain,” ucap Bagas.

Isu strategis lain dari Sukoharjo berupa semakin banyaknya Desa Wisata yang telah bekerja sama dengan berbagai pihak. Upaya ini didukung oleh pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang semakin membaik.

“Kerja sama antar-wilayah di Sukoharjo pada khususnya sektor industri, yakni sentra jamu dan rotan. Untuk rotan, kerja sama yang dibangun dengan Provinsi Kalimantan,” ungkapnya.

Bagas juga meregenerasi SDM pertanian dengan mendorong anak muda untuk melanjutkan profesi petani dalam gerakan petani milenial. Cirinya, bermunculan bermacam inovasi di bidang pertanian yang berbasis teknologi.

“Untuk menarik anak-anak milenial ikut serta turun ke sawah yakni dengan mengubah kultur. Mind set Pemerintah Kabupaten yang hanya memberikan bantuan tetapi tidak berlanjut dengan pengembangan dan pemberian pendampingan saatnya diperbaiki,” jelasnya penuh optimisme.

Setelahnya, dalam sesi dialog, berkembang isu-isu baru, seperti remaja dan keperempuanan yang memiliki peran penting dalam tingkat pendidikan anak. Selain itu, sektor penguatan ideologi Pancasila, serta urgensi konektivitas antar-pemerintah daerah.

Pada kesempatan selanjutnya, Rabu (27/12/2023), akan diadakan webinar bertema ‘Pemanfaatan IoT’ dengan narasumber seorang pakar Internet of Things bagi UMKM dan Dosen Manajemen, Muhammad Randy, serta ‘Inovasi Agribisnis Urban’ yang disajikan Ketua Komunitas Hidroponik Solo Raya, Anggi Bitho Lokmanto.

Penulis: Agung Julianto Damanik
Editor: Widi Purwanto


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik