Ketua PDM Karanganyar, Muhammad Arief Babher, memberikan ceramah di Masjid Al-Ikhlas, Matesih. (Set PDM Karanganyar)
Ketua PDM Karanganyar: Literasi Muhammadiyah Dorong Karanganyar Berkemajuan : Ketua PDM Karanganyar, Muhammad Arief Babher, memberikan ceramah di Masjid Al-Ikhlas, Matesih. (Set PDM Karanganyar)
Ketua PDM Karanganyar, Muhammad Arief Babher, memberikan ceramah di Masjid Al-Ikhlas, Matesih. (Set PDM Karanganyar)

Ketua PDM Karanganyar: Literasi Muhammadiyah Dorong Karanganyar Berkemajuan

/ Surakartan

Muhammadiyah dan Kabupaten Karanganyar bak satu tubuh yang tidak dapat dipisahkan.


SABRANG KULON, Matesih | Sejak kelahirannya, Muhammadiyah berkomitmen pada gerakan pembaruan berupa dakwah berkemajuan di berbagai bidang, seperti pendidikan dan kesehatan. Salah satu bidang yang masih jarang dibicarakan adalah literasi. Secara strategis, literasi Muhammadiyah dapat bersumbangsih besar pada wilayah abdian.

“Sederhananya, literasi Muhammadiyah itu in out. In maksudnya internal Muhammadiyah sendiri membutuhkan program-program literasi yang tertib dan terus berkesinambungan. Sementara out berarti impak dari literasi Muhammadiyah atas Kabupaten Karanganyar. Misal, berbagai kegiatan Persyarikatan pada praktiknya tidak dapat dilepaskan dari aktivitas warga,” ujar Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Karanganyar, Muhammad Arief Babher, Selasa (23/7/2024), usai memberikan ceramah di Masjid Al-Ikhlas, Matesih.

Ketika literasi Muhammadiyah telah menjadi kebiasaan dan tradisi, sambungnya, secara sistematis, dapat mendorong Kabupaten Karanganyar menjadi lebih berkemajuan. Literasi menyambungkan peran Muhammadiyah dari hulu hingga hilir. Artinya, Persyarikatan adalah sumber literasi itu sendiri, karena bergerak berdasarkan realitas nyata kehidupan warga setempat.

“Muhammadiyah ini jujugan dan rujukan. Problem kebijakan daerah, kami turut serta. Menyelesaikan persoalan pendidikan, kami ada. Bahkan hingga pengentasan stunting dan ronda warga pun kami dijawil. Semua itu bisa menjadi ruang literasi besar yang harapannya dapat menjadi rujukan. Mirip reproduksi pengetahuan, kalau istilah kampusnya, ucap alumnus Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta tersebut.

Dalam pengertian lain, kata Arief, literasi Muhammadiyah bisa juga dimaknai sebagai upaya memahamkan nilai-nilai kemuhammadiyahan. Luaran seperti berita, opini, profil, serta foto, video, dan audio sesungguhnya sangat berguna bagi transformasi sosial berdasar nilai-nilai itu.

“Ada yang suka datang pengajian langsung. Tapi ada juga yang sukanya melihat video pengajiannya saja. Ada lagi yang tak sempat, jadi cukup membaca berita atau risalah dakwah yang telah disampaikan. Dinamika kehidupan seperti ini menjadi peluang besar bagi Muhammadiyah untuk tetap peka zaman dan tetap berinovasi,” jelasnya.

Untuk itu, PDM Karanganyar terus memupuk gerakan literasi, mulai dari pelatihan menulis, pendampingan penerbitan buku, hingga kampanye budaya literasi dalam berbagai platform. Ketika hal ini berhasil, buah dari gerakan dakwah Muhammadiyah akan berpengaruh signifikan bagi perubahan Kabupaten Karanganyar menuju perikehidupan lebih mulia.

‘Branding’ Daerah

Lebih jauh, Ustaz Arief memaparkan hubungan simbiosis antara literasi Muhammadiyah dan literasi Karanganyar. Simbiosis mutualisme itu terejawantah dalam branding daerah yang merepresentasi jati diri, ikon, dan identitas utama Kabupaten Karanganyar.

“Setiap daerah membutuhkan penguatan branding untuk mempromosikan diri. Dengan begitu, banyak orang akan datang dan bekerja sama, lalu perekonomian lokal pun tumbuh membaik. Teknisnya, upaya literasi Muhammadiyah tentu saja turut mewakili literasi Karanganyar. Itu saling menguatkan. Literasi adalah aset tak tampak yang berdaya ledak tinggi,” terangnya.

Sinergitas PDM Karanganyar dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar pun menemui titik temunya, di ranah literasi. Ia melanjutkan, budaya baca-tulis yang tidak sekadar dipahami sebagai pendidikan formal, tapi buah dari reproduksi pengetahuan yang dapat memotret realitas dan mengantarkan berbagai solusi adalah salah satu budaya berkemajuan.

Editor: Rahma Frida


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik