

Kepala Dispersip Klaten: Perlunya Literasi Bangunan Bersejarah
/ Surakartan
Selain arsitekturnya yang klasik dan menawan, bangunan-bangunan lama mewakili warna-warni kesejarahan Klaten.
KEPATIHAN, Kabupaten | Tidak sedikitnya bangunan bersejarah di Kabupaten Klaten membutuhkan literasi yang memadai. Kelak, generasi penerus dapat mengetahui, memahami, dan memanfaatkannya sebagai referensi menuju masa depan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Klaten, Pramana Agus Wijanarka, saat menerima kunjungan redaksi Surakarta Daily, Selasa (16/7/2024), di kantornya.
“Bangunan bersejarah di Klaten ini banyak. Kita lihat saja di kota. Ada bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh. Betapa penting meliterasikannya agar generasi penerus kita tidak minim sejarah daerahnya,” ujarnya.
Alumnus Jurusan Arsitektur Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini juga mengkhawatirkan narasumber yang kian hari kian berkurang lantaran usia. Bila tidak segera dihimpun informasi dan hasil wawancaranya, kisah tentang bangunan-bangunan klasik di Klaten bisa luput dari pencatatan sejarah, atau setidaknya, berhadapan dengan kendala sumber yang kurang memadai.
“Semasa awal berdinas, saya masih sering mendengar senior-senior saya bercerita tentang jejak-jejak sejarah bangunan lama di Klaten. Sebagian dari beliau-beliau itu telah meninggal dunia. Dari beliau-beliau yang masih ada sekarang, semoga kita mendapatkan sumber memadai dan representatif,” tutur Pramana bersemangat.
Terlebih, sambungnya, bangunan-bangunan baru terus bermunculan, menggantikan bangunan-bangunan lawas, karena kebutuhan masing-masing pemilik yang berbeda-beda. Apabila terus berubah, tanpa mempertimbangkan aspek kesejarahan, bangunan-bangunan lama klasik dapat saja berkurang drastis.
“Padahal, dari keluarga-keluarga pemilik bangunan lama tersebutlah kita bisa menyusuri muasal dan perkembangan serta perubahannya. Saat rumah-rumah mereka telah berubah bahkan hingga seratus persen, berarti mereka tidak dapat kita jadikan narasumber lagi,” katanya.
Antusiasme Literasi
Sementara itu, founder Lori Gondang Library, Sentot Suparna, yang turut dalam pertemuan, menyampaikan fenomena tentang tingginya antusiasme literasi warga Klaten. Tradisi membaca, menyerap pengetahuan, mengolah dan mereproduksinya dapat dijadikan tumpuan utama gerakan literasi Klaten.
“Sebenarnya, literasi Klaten tidak hanya dalam bentuk buku. Bisa juga audio, tulisan berita, opini, flyer, brosur, dan sebagainya. Namun, kelebihan buku dapat dijadikan rujukan pengetahuan. Artinya, realitas keklatenan tidak berlalu begitu saja, sebab telah diubah menjadi pengetahuan. Setiap zaman dengan mudah mengaksesnya untuk dijadikan rujukan studi terkait pada masanya,” terang laki-laki kelahiran Sumberejo, Klaten Selatan, ini.
Ia mengusulkan kampanye intensif tentang pentingnya iterasi Klaten di berbagai ranah dengan riang gembira. Minat literasi warga Klaten yang sudah terawat baik dapat dikolaborasi dan diorkestrasi menjadi produk pengetahuan berkelanjutan.
“Memang tidak mudah, tapi kok rasanya, menurut hemat saya, literasi Klaten sangatlah mungkin diagendakan dan dikampanyekan. Budaya membaca warga Klaten terbilang baik, karena ditunjang pendidikan yang cukup. Potensi yang dapat berbuah besar bila dikelola dengan saksama,” ucap Sentot optimis.
Selain Sentot Suparna, turut hadir Chairman Surakarta Daily, Arif Giyanto.
Editor: Rahma Frida