Pelatihan Berkebun di Lahan Sempit di Desa Kerdukepik, Kecamatan Giripurwo, Kabupaten Wonogiri, Senin (13/10/2025). (PSA Bocah Pintar Karanganyar)
Kemandirian Pangan Sedari Berkebun di Lahan Sempit : Pelatihan Berkebun di Lahan Sempit di Desa Kerdukepik, Kecamatan Giripurwo, Kabupaten Wonogiri, Senin (13/10/2025). (PSA Bocah Pintar Karanganyar)
Pelatihan Berkebun di Lahan Sempit di Desa Kerdukepik, Kecamatan Giripurwo, Kabupaten Wonogiri, Senin (13/10/2025). (PSA Bocah Pintar Karanganyar)

Kemandirian Pangan Sedari Berkebun di Lahan Sempit

Dari dapur lahir pupuk, dari tangan ibu tumbuh kehidupan, dan setiap rumah bisa menjadi sumber kehidupan.


KERDUKEPIK, Giripurwo | Apa yang dapat diharapkan dari sebidang lahan sempit di pekarangan rumah? Tak banyak memang. Namun, bila dikelola dengan baik, lahan yang minim dapat berubah produktif, serta menjadi fondasi penting kemandirian pangan.

Pesan itu termaktub kuat dalam Pelatihan Berkebun di Lahan Sempit di Desa Kerdukepik, Kecamatan Giripurwo, Kabupaten Wonogiri, Senin (13/10/2025). Acara diinisiasi oleh Pusat Studi Anak (PSA) Bocah Pintar Karanganyar bekerja sama dengan Rumah Belajar ABA mengusung tema ‘Dari Dapur Lahir Pupuk, dari Tangan Ibu Tumbuh Kehidupan’.

Dengan semangat hijau dan kepedulian pada ketahanan pangan keluarga, pelatihan menghadirkan suasana belajar yang hangat dan penuh semangat gotong royong. Kegiatan sosial tersebut difasilitasi oleh aktivis pergerakan sosial sekaligus pendiri Rumah Belajar ABA yang telah lama berkecimpung dalam pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan dan keluarga, Rahadi Al Paluri.

Peserta terdiri dari para ibu di Desa Kerdukepik yang tergabung dalam Kelompok Keluarga Sakinah. Turut dalam pelatihan ini, mereka berkesempatan belajar memahami konsep urban farming, permakultur, dan circular agriculture sebagai cara praktis membangun kemandirian pangan dari rumah.

“Melalui kegiatan sederhana seperti ini, kami hendak menumbuhkan kesadaran bahwa setiap rumah bisa menjadi sumber kehidupan. Dari dapur lahir pupuk, dari tangan ibu tumbuh kehidupan,” ujar Rahadi penuh semangat.

Ia berharap, Pelatihan Berkebun di Lahan Sempit dapat menginspirasi keluarga-keluarga lain untuk turut memulai Gerakan Hijau dari rumah dengan mengolah sampah menjadi berkah serta menanam harapan di setiap pot kecil kehidupan.

Selain teori, peserta juga langsung berpraktik membuat pot tanam dari botol galon bekas dan biopori mini, dengan memanfaatkan sampah dapur menjadi pupuk alami yang menyuburkan tanaman.

“Kegiatan ini menjadi wujud nyata bahwa keterbatasan lahan bukan halangan untuk menanam, memanen, dan menjaga bumi tetap lestari,” tandas Rahadi.

Peran Ibu dalam Kemandirian Pangan

Dalam kesempatan itu, alumnus Universitas Sebelas Maret tersebut menggarisbawahi pentingnya peran para ibu dalam mewujudkan kemandirian pangan. Kreativitas dan ketelatenan para ibu untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dapat berpengaruh pada kemandirian pangan.

“Kemandirian pangan dan peran ibu tidak dapat dipisahkan. Sebab, para ibulah yang mengatur ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan. Di tangannyalah ketercukupan pangan dipertaruhkan. Selain cukup, pangan yang dimaksud juga bergizi, aman, dan terjangkau,” terangnya.

Berperan dalam pengelolaan ekonomi rumah tangga, sambung Rahadi, para ibu dapat melakukan pemilihan bahan pangan penuh kecermatan. Selanjutnya, pangan diolah dengan cara yang tepat, serta menurutsertakan pendidikan gizi bagi anak.

“Peran ibu juga mencakup partisipasi program kemandirian pangan di tingkat komunitas dan pertanian, serta kreativitas dalam memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan penganekaragaman pangan. Nah, pelatihan-pelatihan sederhana seputar itu sebaiknya terus digalakkan,” pungkasnya.

Editor: Rahma Frida


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik