Kajian KAHMI Solo bertema ‘Membangun Rute Peradaban Umat dari Pintu Masjid’ di lingkungan Pesantren Darul Fatihil Kirom, Kamis (20/11/2025). (KAHMI Solo)
KAHMI Solo: HMI dan Masjid Tak Bisa Dipisahkan : Kajian KAHMI Solo bertema ‘Membangun Rute Peradaban Umat dari Pintu Masjid’ di lingkungan Pesantren Darul Fatihil Kirom, Kamis (20/11/2025). (KAHMI Solo)
Kajian KAHMI Solo bertema ‘Membangun Rute Peradaban Umat dari Pintu Masjid’ di lingkungan Pesantren Darul Fatihil Kirom, Kamis (20/11/2025). (KAHMI Solo)

KAHMI Solo: HMI dan Masjid Tak Bisa Dipisahkan

Masjid adalah titik awal sekaligus titik temu bagi lahirnya peradaban umat yang maju.


NGEMPLAK, Kartasura | Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Surakarta bersama keluarga besar HMI lintas daerah menyelenggarakan kajian bertema ‘Membangun Rute Peradaban Umat dari Pintu Masjid’.

Kajian berlangsung di kediaman Siti Kasiyati, selaku shahibul bait, di lingkungan Pesantren Darul Fatihil Kirom, pada Kamis (20/11/2025).

Acara tersebut dihadiri Pengurus MD KAHMI Surakarta, Forhati Surakarta, MD KAHMI Sukoharjo, Pengurus HMI Cabang Surakarta, serta Pengurus HMI Cabang Sukoharjo. Kehadiran berbagai unsur dari alumni hingga kader menunjukkan komitmen bersama dalam mendorong peran keumatan yang lebih kuat dan relevan.

Dalam sambutannya, Siti Kasiyati menegaskan bahwa pesantren dan masjid sejak dahulu merupakan pusat peradaban Islam. Menurutnya, masjid harus dipahami sebagai ruang yang menghidupkan spiritualitas, solidaritas, serta dinamika sosial umat.

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta itu mengajak para peserta untuk kembali mengembalikan peran masjid sebagai pusat kehidupan masyarakat yang aktif.

“Masjid tidak hanya untuk menjalankan fungsi ritual, tetapi juga menjadi ruang pembinaan nilai, ilmu, dan gerakan sosial yang berkelanjutan. Masjid adalah titik awal sekaligus titik temu bagi lahirnya peradaban umat yang maju,” tandasnya.

Koordinator Presidium MD KAHMI Surakarta, Agung Nur Probohudono, menuturkan pentingnya peningkatan kolaborasi antar-KAHMI serta sinergi antara alumni dan kader di berbagai tingkatan. Keluarga besar HMI, sambungnya, memiliki potensi besar untuk memperkuat peran keumatan melalui gerakan-gerakan kolektif yang dimulai dari masjid.

“Sebagai pusat aktivitas sosial dan spiritual, masjid merupakan ruang strategis untuk membangun kesadaran, pengetahuan, dan gerakan sosial umat,” kata Guru Besar Akuntansi Universitas Sebelas Maret (UNS) ini.

Ia mengajak seluruh keluarga besar HMI, baik alumni maupun anggota, untuk bersama-sama terlibat menghidupkan masjid melalui program-program yang relevan dengan kebutuhan sosial dan keagamaan masyarakat. Kerja kolektif lintas generasi merupakan kunci dalam membangun rute peradaban yang kokoh, dinamis, dan berkelanjutan.

Masjid sebagai Ruang Inklusif

Memasuki sesi utama, kajian ‘Membangun Rute Peradaban Umat dari Pintu Masjid’ disampaikan oleh dua narasumber, yaitu Agus Wahyu Triatmo dan Yudo Pramono, dipandu moderator M. Irfan.

Dalam pemaparannya, Prof Agus menjelaskan bahwa sejak masa Rasulullah SAW, masjid telah menjadi pusat penggerak umat. Ia menggambarkan bagaimana masjid berfungsi sebagai pusat administrasi, pendidikan, musyawarah, bahkan pusat sosial-ekonomi.

Dari perspektif historis tersebut, Guru Besar Ilmu Pengembangan Masyarakat Islam UIN RM Said Surakarta tersebut mendorong umat Islam untuk kembali menghidupkan fungsi masjid secara menyeluruh.

“Masjid harus menjadi ruang yang inklusif dan mampu melahirkan generasi yang memiliki kualitas spiritual, intelektual, dan kesadaran sosial. Membangun peradaban umat tidak dapat dilakukan tanpa menjadikan masjid sebagai poros utama gerakan,” ujar Prof Agus.

Sementara Yudo Pramono memberikan pendekatan yang lebih aplikatif dalam mengembangkan masjid di era modern. Ia menyampaikan perlunya manajemen masjid yang melibatkan aspirasi jamaah, bukan hanya berdasarkan keinginan takmir.

Masjid, menurut Yudo, harus dikelola dengan lebih partisipatif, adaptif, dan responsif terhadap kebutuhan jamaah sehari-hari. Ia menekankan pentingnya menciptakan manajemen masjid yang mampu menangkap dinamika sosial di lingkungan sekitar dan mengelola kegiatan keumatan yang relevan, sistematis, dan berkelanjutan.

Yudo juga menambahkan bahwa keterlibatan keluarga besar HMI dari alumni hingga anggota menjadi bagian penting dalam pengembangan masjid, baik dari aspek manajerial, pendidikan, teknologi, maupun penguatan jejaring sosial masyarakat.

Pentingnya Literasi Keagamaan

Pada sesi diskusi, moderator merangkum berbagai pandangan dan gagasan yang muncul. Peserta menyoroti perlunya menjadikan masjid sebagai ruang produktif yang menghidupkan interaksi sosial dan menguatkan kapasitas jamaah.

Beberapa peserta juga mengemukakan pentingnya strategi membangun literasi keagamaan yang membumi dan membangun pemahaman yang lebih baik di tingkat masyarakat, sehingga masjid dapat menjadi ruang transformasi sosial yang lebih efektif. Diskusi mencerminkan semangat kolektif untuk merevitalisasi masjid sebagai pusat pemberdayaan umat yang lebih luas.

Menjelang penutupan, moderator menegaskan bahwa kajian ini adalah langkah awal yang penting. Masjid harus terus dikembangkan sebagai pintu masuk gerakan pembelajaran, penguatan karakter, serta aktivitas sosial yang produktif.

Keluarga besar HMI, baik alumni maupun kader, diharapkan terus mengambil peran aktif dalam menghidupkan masjid melalui kegiatan yang membawa manfaat bagi masyarakat, termasuk penguatan kapasitas jamaah dan penyediaan ruang-ruang interaksi yang positif dan membangun.

Acara ditutup dengan doa bersama, dilanjutkan dengan sesi foto dan silaturahmi yang mempererat hubungan antar-wilayah dan antar-generasi dalam keluarga besar HMI. Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat peran masjid sebagai pusat peradaban umat dan sekaligus menegaskan komitmen KAHMI untuk terus berkontribusi dalam membangun umat yang maju, inklusif, dan berdaya.

Penulis: Anis Gisymar
Editor: Astama Izqi Winata


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik