

Inisiasi Corporate Partnership, MD KAHMI Sukoharjo Jajaki Pembentukan HIPKA
/ Surakartan
HIPKA terbuka pula untuk para pengusaha non-KAHMI.
JOHO, Sukoharjo | Bertempat di Restoran Serba Sambal Pusat, Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Sukoharjo menggelar diskusi strategis seputar pembentukan Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA). Berlangsung pada Sabtu malam (23/11/2024), peserta forum antusias membahas bermacam peluang yang mungkin dijajaki dan impaknya bagi perekonomian daerah.
“HMI Sukoharjo lahir pada tahun 1999. Sampai sekarang, jumlah alumninya hampir mencapai 1.000 orang. Sebagian dari mereka berkiprah sebagai wirausaha di berbagai sektor, meski secara domisili tidak semua di Kabupaten Sukoharjo. Untuk itu, diperlukan wadah organisasi yang secara khusus merawat jejaring bisnis ini,” ujar Koordinator Presidium MD KAHMI Sukoharjo, Nur Aklis.
Bisnis, sambungnya, tidak berdiri sendiri. Dalam waktu yang bersamaan, investasi sumber daya manusia dan sumbangsih pada pemerintah daerah dapat berpengaruh besar pada perekonomian nasional. Terlebih, selama ini, kaderisasi HMI sarat dengan kepemimpinan dan kaderisasi umat-bangsa.
“Kiprah di level Kabupaten Sukoharjo tidak lantas terpaku pada sumber daya lokal semata. Pada masa ini, dengan berbagai macam sektor usaha baru yang tidak ditemukan pada masa-masa selanjutnya, terbukti terhubung dengan stakeholder nasional bahkan internasional,” kata Wakil Dekan IV Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tersebut.
Forum ini juga menghadirkan dua narasumber untuk menghangatkan obrolan, yakni Ketua Badan Pengurus Yayasan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (YLPTP), Rahadi, serta Wakil Rektor III Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet) Sukoharjo, Sodikin. Keduanya memberi arahan agar kelak HIPKA benar-benar fokus dan berpengaruh pada perkaderan HMI serta perekonomian daerah dan nasional.
“Jangan lupa, HIPKA ini tidak dapat dipisahkan dari MD KAHMI dan HMI. Apabila HMI tidak tumbuh, HIPKA menjadi tidak relevan. Jadi, dalam setiap program dan kebijakannya, HIPKA harus terus bersinergi dengan proses kaderisasi HMI,” terang Rahadi.
Ia menandaskan bahwa HIPKA tidak harus tergantung pada pemerintah. Kreativitas dan inovasi perlu diasah terus-menerus, lalu bermanfaat bagi rakyat banyak, termasuk pemerintah. Kekompakan juga penting, karena kecenderungan kepemimpinan di HMI biasanya mengarah pada kompetisi antar-pemimpin yang terkadang tidak sehat.
Corporate Partnership
Salah satu inisiator HIPKA Sukoharjo, Ruri Faisal Rahman, memberi gambaran strategis tentang organisasi ini. Setelah dibentuk kepengurusan, HIPKA akan mengoptimalkan kerja sama antar-perusahaan demi proyek-proyek baru yang signifikan.
“Apabila kita lihat organisasi-organisasi serupa seperti KADIN, HIPMI, atau lainnya, cenderung pada pengorganisasian jejaring. Menurut saya, HIPKA bisa diarahkan lebih intensif dengan corporate partnership. Teknisnya, para pengusaha yang tertarik kemudian kita petakan lalu dihubungkan dan melahirkan bisnis-bisnis baru yang menjanjikan,” papar Ruri.
Ruri optimis, basis pengusaha ideologis seperti HIPKA begitu potensial di masa depan. Orientasi jangka panjangnya, Republik bisa semakin kuat dengan hadirnya para pengusaha-pengusaha serupa. HIPKA jelas berorientasi bisnis, tapi tidak meninggalkan keislaman dan tetap nasionalis.
“HIPKA memberi ruang bagi kolaborasi, mulai agenda pemberdayaan UMKM hingga gerakan finansial. HIPKA juga terbuka bagi kalangan pengusaha non-KAHMI. Dengan begitu, daya beli masyarakat akan terus tumbuh dan perekonomian Indonesia semakin membaik,” pungkas pengusaha konveksi itu penuh keyakinan.
Editor: Rahma Frida