Direktur Pascasarjana Sekolah Pascasarjana UMS, Farid Wajdi. (Surakarta Daily/Dewa)
Farid Wajdi: Debat Cawapres Harus Hadirkan Ekonomi Kerakyatan yang Membawa Kemajuan : Direktur Pascasarjana Sekolah Pascasarjana UMS, Farid Wajdi. (Surakarta Daily/Dewa)
Direktur Pascasarjana Sekolah Pascasarjana UMS, Farid Wajdi. (Surakarta Daily/Dewa)

Farid Wajdi: Debat Cawapres Harus Hadirkan Ekonomi Kerakyatan yang Membawa Kemajuan

Berbagai isu strategis di lingkup perekonomian, mulai dari problem ketidaksetaraan hingga ekonomi digital, menjadi rekomendasi penting dalam momentum Debat Capres-Cawapres kedua.


PABELAN, Kartasura | Direktur Pascasarjana Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Farid Wajdi, mengatakan, materi perdebatan yang urgen bagi Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) adalah praktik pembangunan ekonomi yang berorientasi kepada rakyat sekaligus membawa kemajuan.

Hal tersebut disampaikan Farid saat menjadi salah satu pembicara dalam Dialog Pra-Debat Capres-Cawapres Kedua yang dihelat Surakarta Daily bekerja sama dengan Pascasarjana UMS, melalui program Surakartanesia #002, di Ruang Seminar Lantai 5 Gedung Pascasarjana UMS, Senin (18/12/2023).

“Jangan sampai hanya sekadar memenuhi kepentingan rakyat, tapi kemajuan tertinggal. Jangan sampai juga demi kemajuan, rakyat dikorbankan. Jangan hanya sekadar mendapatkan bantuan tunai, tapi rakyat tidak berkembang ekonominya, termasuk juga bagaimana cara menumbuhkan ekonomi rumah tangga rakyat. Jangan lagi menjadikan persoalan ekonomi rakyat hanya sebagai jargon saja,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Farid juga menyinggung perkembangan zaman yang semakin terdigitalisasi. Menurutnya, persoalan ekonomi tidak hanya berorientasi kepada rakyat, tapi harus mampu berkembang mengarah kepada ekonomi berkemajuan, khususnya ekonomi digital.

Dijelaskannya, Presiden terpilih mendatang harus mampu membangun ekosistem ekonomi digital yang maju, mengingat tersedianya modal yang cukup untuk membangun ekonomi berbasis digital di Tanah Air, seperti banyaknya pakar teknologi informasi di dalam negeri, melimpahnya sumber daya alam (SDA), dan banyaknya jumlah penduduk.

“Walaupun harus menghadapi persoalan lemahnya manajemen ekonomi digital saat ini, kalau ekosistem ini dibangun dengan memasukkan jumlah penduduk yang besar dan SDA melimpah  maka ekonomi digital di dalam negeri sudah bisa jadi pasar luar biasa. Apalagi banyak negara-negara lain yang tergantung dengan Indonesia,” terang Farid.

Ia juga menyinggung isu umum yang perlu dimunculkan dalam debat Capres-Cawapres. Misalnya, isu pertumbuhan ekonomi yang tidak merata di berbagai daerah, walaupun ada klaim pertumbuhan ekonomi secara nasional yang relatif tinggi dibanding negara lain.

Isu lainnya adalah ketidakpastian ekonomi global. Farid menekankan pentingnya strategi Capres-Cawapres agar mampu menghindarkan Indonesia dari ketergantungan ekonomi terhadap negara lain. Selain itu, cara mengatasi kerentanan ekonomi akibat guncangan ekonomi global.

“Yang terjadi saat ini, kondisi ekonomi global sering menjadi alasan dari tidak bagusnya kondisi ekonomi Indonesia, terkait dengan masalah keuangan atau komoditas global,” ungkapnya.

Problem Ketidaksetaraan

Berikutnya, masalah ketidaksetaraan ekonomi yang terjadi di Tanah Air. Pemerintah memang berupaya mengurangi ketidaksetaraan, namun, sambung Farid, masih ada ketimpangan distribusi pendapatan dan akses pelayanan dasar.

“Pertanyaannya tidak sekadar ada visi untuk mengurangi ketimpangan, tapi Capres-Cawapres dalam debatnya nanti harus dapat menyampaikan cara mengatasi ketidakseimbangan dan ketidaksetaraan ekonomi. Misalnya, bagaimana cara menghadapi sulitnya mengakses layanan pembiayaan bagi pelaku ekonomi, terutama pelaku UMKM,” tuturnya.

Farid menyoroti problem distorsi rantai pasok (supply chain) yang terjadi dalam bidang ekonomi, misalnya terhadap distribusi bahan bakar minyak (BBM).

“Di lapangan selalu ada distorsi akibat perangai mafia perdagangan yang sampai saat ini tidak ada solusinya. Nah, persoalan besar ini mestinya bisa menjadi bahan debat mendalam oleh para Capres-Cawapres,” ungkapnya.

Pemegang gelar S-3 dari Universiti Kebangsaan Malaysia itu tak lupa menyampaikan problem tidak memadainya pembangunan infrastruktur antara desa dan kota, sehingga sangat layak untuk dijadikan bahan debat Capres-Cawapres.

“Memang sudah ada pembangunan infrastruktur yang menggerakkan bidang transportasi, namun hal itu masih perlu dikembangkan dengan intensif lagi,” pungkas Farid.

Penulis: Pujoko
Editor: Widi Purwanto


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik