Tim dari Fakultas Teknik (FT) dan FKIP UMS menggelar pelatihan intensif desain teknik berbasis CAD di SMK Muhammadiyah 2 Semarang. (FT UMS)
Berbasis Proyek, Kolaborasi UMS dan SMK Muhammadiyah 2 Semarang : Tim dari Fakultas Teknik (FT) dan FKIP UMS menggelar pelatihan intensif desain teknik berbasis CAD di SMK Muhammadiyah 2 Semarang. (FT UMS)
Tim dari Fakultas Teknik (FT) dan FKIP UMS menggelar pelatihan intensif desain teknik berbasis CAD di SMK Muhammadiyah 2 Semarang. (FT UMS)

Berbasis Proyek, Kolaborasi UMS dan SMK Muhammadiyah 2 Semarang

/ Surakartan

Pelatihan digelar dengan pendekatan praktik yang intensif, serta modul yang telah disusun secara khusus oleh tim pengabdian masyarakat UMS.

 

JATINGALEH, Candisari | Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung kemajuan pendidikan kejuruan di Indonesia. Melalui Program Pengabdian Masyarakat (Pengmas), tim dari Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS menggelar pelatihan intensif desain teknik berbasis Computer Aided Design (CAD) bagi guru-guru di SMK Muhammadiyah 2 Semarang.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari pada Oktober 2024 di laboratorium sekolah tersebut, program ini menyasar guru jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Sepeda Motor (TSM), khususnya dalam penguasaan perangkat lunak desain 2D dan 3D menggunakan Autodesk Inventor. Pelatihan diselenggarakan dengan pendekatan praktik yang intensif serta modul yang telah disusun secara khusus oleh tim pengabdian masyarakat UMS.

Tim pelaksana terdiri dari lima dosen, yakni Ummi Kultsum, Dessy Ade Pratiwi, Nur Aklis, dan Mila Faila Sufa, keempatnya dari Fakultas Teknik, kemudian Titik Ulfatun dari FKIP. Mereka didukung oleh lima mahasiswa asisten laboratorium Computer Aided Design/Computer Aided Manufacturing (CAD/CAM) Teknik Mesin UMS.

Mereka hadir sebagai instruktur sekaligus pendamping peserta dalam memahami seluk-beluk software CAD yang kini menjadi standar dalam industri manufaktur dan desain teknik.

Nur Aklis, yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan IV FT UMS sekaligus Tim Pengmas menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan respons terhadap kebutuhan guru-guru SMK dalam menyikapi tantangan pendidikan vokasional yang semakin menuntut penguasaan teknologi digital. 

Dari hasil diskusi awal kami dengan pihak sekolah, diketahui bahwa sebagian besar guru masih menggunakan metode gambar teknik manual. Melalui pelatihan ini, kami ingin membekali mereka dengan keterampilan menggambar teknik berbasis software yang lebih presisi dan sesuai kebutuhan industri saat ini, jelasnya.

Materi pelatihan disusun secara terstruktur, mulai dari pengenalan antar-muka pengguna (user interface), perintah dasar, pembuatan komponen 2D dan 3D, hingga proses perakitan (assembly). Semua materi dikemas dalam modul yang menjadi pegangan peserta selama pelatihan berlangsung maupun untuk pembelajaran mandiri setelah kegiatan berakhir.

Metode Belajar Berbasis Proyek

Salah satu aspek penting dari pelatihan ini adalah metode belajar berbasis proyek (project-based learning), di mana peserta tidak hanya belajar menggunakan perangkat lunak, tetapi juga menyusun strategi pengajaran aplikatif untuk diterapkan di kelas masing-masing. Hal ini sejalan dengan pendekatan teaching factory yang sedang digaungkan di banyak SMK sebagai upaya mendekatkan dunia pendidikan dengan industri.

Antusiasme peserta terlihat jelas sepanjang pelatihan. Evaluasi dilakukan melalui penugasan dalam modul dan pengisian kuesioner. Hasilnya, delapan peserta berhasil meraih skor di atas 80 persen dan memperoleh sertifikat kelulusan dari tim pengabdian UMS.

Para peserta umumnya menilai materi yang disampaikan mudah dipahami, pendampingan yang diberikan sangat membantu, dan pelatihan ini dianggap sangat relevan dengan kebutuhan pembelajaran di kelas.

Pihak sekolah juga menyampaikan apresiasi atas inisiatif UMS dalam menjembatani kebutuhan pelatihan guru dengan pendekatan yang aplikatif dan berbasis riset.

Wahyu Dwi Nugroho, Wakil Ketua Kurikulum SMK Muhammadiyah 2 Semarang sekaligus pengajar gambar teknik, mengaku pelatihan ini membuka wawasan baru bagi guru-guru di sekolahnya.

“Guru-guru kami mendapatkan pengalaman baru. Yang sebelumnya hanya bisa menggunakan gambar manual, sekarang mulai bisa mengoperasikan software CAD. Harapannya, keterampilan ini bisa segera ditransfer ke siswa agar mereka lebih siap menghadapi dunia kerja,” ungkapnya.

Pemilihan Autodesk Inventor sebagai software pelatihan didasarkan pada kecocokan dengan spesifikasi komputer yang tersedia di sekolah. Ini menjadi pertimbangan penting agar peserta dapat mempraktikkan materi secara optimal tanpa hambatan teknis.

Dengan pelatihan ini, guru tidak hanya dibekali dengan keterampilan teknis, tetapi juga cara mengintegrasikannya dalam kurikulum pembelajaran yang kontekstual.

Lebih lanjut, Tim Pengmas berharap pelatihan ini dapat menjadi model kolaborasi antara perguruan tinggi dan sekolah kejuruan dalam meningkatkan kualitas SDM pengajar. 

Dengan adanya pelatihan ini, SMK Muhammadiyah 2 Semarang diharapkan mampu menjadi role model bagi sekolah kejuruan lain dalam pengembangan kompetensi digital guru. Selain meningkatkan kualitas pengajaran di kelas, penguasaan CAD juga membuka peluang bagi lulusan SMK untuk bersaing di dunia kerja, khususnya di sektor manufaktur, otomotif, dan rekayasa teknik.

Editor: Tomi Kurniawan

 

 


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik