Dosen pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Suwinarno. (Dokumentasi Pribadi)
Pendidikan Profetik, Bekal Utama Sumber Daya Manusia Unggul : Dosen pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Suwinarno. (Dokumentasi Pribadi)
Dosen pemikiran Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Suwinarno. (Dokumentasi Pribadi)

Pendidikan Profetik, Bekal Utama Sumber Daya Manusia Unggul

Para pendidik membutuhkan literatur yang cukup untuk membangun sistem pendidikan yang purna hingga keadaban luhur.

Suwinarno
Alumnus FAI Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengurus DPD IMM Jateng 1998-1999. Pengurus BEM UMS 1998-1999. Pembina Ponpes Hajjah Nuriyah Shabran tahun 2001-2002. Pengurus PWM Jateng 2010-2015. Tinggal di Kartasura.


Pendidikan berperan sangat signifikan dalam kehidupan umat manusia, karena dapat menguak, mengkaji, mendidik, dan mengembangkan potensi yang dimiliki seseorang. Segala potensi, bakat, dan minat manusia bertumbuh-kembang, sehingga mereka dapat memahami hakikat diri, Tuhan, dan alam semesta.

Selain itu, pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis dan utama bagi keberlangsungan peradaban manusia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menjadikan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan nasional.

Demikian juga bangsa Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai aktivitas penting dan utama dalam pengembangan sumber daya manusia untuk menggapai peradaban dunia yang lebih damai dan santun.

Meski demikian, ada sebuah fakta menarik bahwa sistem pendidikan di Indonesia hingga hari ini masih terdikotomi keilmuannya, yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Sebuah persoalan yang belum juga ditemukan jalan keluarnya.

Implikasinya, berbagai output pendidikan belum bisa menghasilkan sisi manusia seutuhnya. Masih ditemukan adanya dikotomi agama dan kehidupan dalam cara berpikir, bersikap, dan mengambil keputusan. Pemisahan agama, sains, dan kehidupan memunculkan ouput manusia terdidik yang sekuler.

Padahal, ajaran Islam memuat semua sistem ilmu pengetahuan. Tidak ada dikotomi dalam sistem keilmuan Islam. Rasulullah sebagai peletak dasar ajaran Islam. Beliau adalah produk dari universitas Gua Hira dengan guru Malaikat Jibril. Beliau lulus dengan sangat-sangat sempurna sebagai Insan Kamil dengan gelar shallahu ‘alaihi wasallam (SAW).

Pendidikan yang beliau canangkan tersirat dari surah Al-Alaq ayat 1-5. Pada prinsipnya, keberlangsungan peradaban ditopang oleh ilmu, iman, dan amal saleh. Secara terminologi, pendidikan tersebut lazim dikenal sebagai pendidikan profetik. Pendidikan profetik mengembalikan manusia pada jati dirinya yang sejati, yakni sebagai makhluk Allah yang berilmu, beradab, dan berketuhanan.

Metode Pendidikan Profetik

Metode yang diterapkan dalam pendidikan profetik dengan menjadikan pendidikan Islam berbasis ilmiah, ilahiah, insaniah, dan alamiah yang memiliki keadaban luhur.

Pertama, pendidikan berbasis ilmiah. Maksudnya, output manusia-manusia terdidik bukanlah orang-orang yang hanya memiliki titel tinggi dan banyak, namun miskin referensi kehidupan dan kesulitan memberikan solusi di setiap permasalahan diri, umat, maupun bangsa. Manusia ilmiah dalam kacamata profetik adalah insan yang cerdas memahami hakikat kebenaran dan kebenaran hakikat serta mampu memberikan solusi pada setiap persoalan kehidupan.

Kedua, pendidikan berbasis keilahiahan dalam sudut pandang profetik adalah insan yang tidak hanya cerdas, namun juga menyadari adanya Tuhan dalam segala aktivitas kehidupannya. Insan yang selalu sadar dan menjaga ketaatannya kepada Allah, karena sadar bahwa semakin mengkaji ayat-ayat-Nya akan semakin terkuak kebesaran dan kesempurnaan Sang Pencipta.

Ketiga, pendidikan berbasis insaniah. Produk dari pendidikan profetik adalah menghasilkan insan yang peduli kepada manusia dan mengabdikan ilmunya untuk menyingkap tabir kebodohan manusia menuju pencerahan kehidupan.

Keempat, pendidikan berbasis alamiah yang bermakna bahwa produk pendidikan harus menghasilkan rahmat bagi semua alam.

Kesenjangan antara idealitas pendidikan profetik dengan realitas sosial praktik pendidikan Islam dapat diperkecil bila para pendidik tak segan-segan untuk memperbanyak literatur keislaman dalam rangka menggali konsep-konsep pendidikan profetik. Dengan gagasan-gagasan yang baru, segar, dan mencerahkan akan menjadi jalan lurus untuk menghasilkan anak didik yang cerdas, pun beradab.

Editor: Rahma Frida


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik