

Tandha-tandha dari Sala
/ Opini
Agus Zaini
Pemerhati Isu-isu Kepemimpinan. Alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta.
KPU telah menetapkan jadwal pendaftaran Capres-Cawapres akan dilakukan pada 19 Oktober 2023 hingga 25 November 2023. Masih dua bulan lagi, tapi hiruk-pikuk soal koalisi partai pengusung sudah begitu bising mengisi ruang publik.
Hampir setiap saat kita disuguhi atraksi politik dari figur yang disebut-sebut bakal menjadi calon Presiden atau Wakil Presiden. Plus tingkah polah pimpinan partai politik yang masih wara-wiri mencari kawan koalisi.
Memasuki H-1 Lebaran Idul Fitri 1444 H, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati, secara resmi mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai ‘petugas partai’ untuk maju sebagai calon Presiden. Spontan para pendukung Ganjar menyambutnya dengan suka cita. Selanjutnya, PPP, beserta dua partai tanpa kursi parlemen, Perindo dan Hanura, seperti takut ketinggalan kereta. Mereka buru-buru ikut mendukung Ganjar.
Tentunya Ganjar kian percaya diri dan yakin akan melenggang menuju Istana Merdeka, karena diusung secara resmi oleh partai terbesar. Apalagi Presiden Joko Widodo juga seorang kader PDI Perjuangan, tentunya dapat menjadi faktor pemikat bagi partai politik lain untuk bergabung mendukung Ganjar.
Harapan akan terbangun koalisi besar pengusung Ganjar sepertinya kandas. Bertempat di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, pada Minggu (13/8/2023), secara terbuka, Partai Golkar dan PAN menyatakan dukungan kepada Prabowo. Secara resmi, para Ketua Umum partai; Prabowo Subianto (Gerindra), Muhaimin Iskandar (PKB), Airlangga Hartarto (Partai Golkar), dan Zulkifli Hasan (PAN) deklarasi bersama mengusung Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden pada Pemilu 2024.
Dengan demikian, terbentuklah tiga poros koalisi. Pertama, Koalisi PDIP dan PPP (bermodalkan 147 kursi DPR atau 25,56%). Kedua, poros Koalisi Perubahan dan Persatuan, yakni Nasdem, Demokrat, dan PKS (163 kursi DPR atau 28,35%). Ketiga, koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, yaitu Gerindra, PKB, Golkar, dan PAN (246 kursi DPR atau 45,28%). Ketiga poros itu masing-masing mengusung tiga nama Calon Presiden, yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto.
Cawapres adalah Kunci
Segegap-gempita dinamika Capres, tapi tak begitu dengan Cawapres. Belum satu pun Koalisi yang menyebutkan nama Calon Wakil Presiden. Di sinilah permainan politik menjadi menarik. Sosok Calon Wakil Presiden saat ini memiliki nilai strategis.
Nama Cawapres tidak lagi sekadar pelengkap, tapi menjadi indikator vital untuk mengukur peluang kemenangan. Erick Thohir, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Mahfud MD, dan Khofifah Indar Parawansa harus sabar menunggu namanya diumumkan sebagai Calon Wakil Presiden. Karena, para Pimpinan Partai Koalisi masih mempertimbangkan strategi politik yang tepat dan jitu agar dapat memenangkan Pemilu 2024 nanti.
Selain nama-nama figur yang populer bakal berpeluang menjadi Cawapres, muncul satu figur lagi, yaitu Gibran Rakabuming Raka, Walikota Surakarta yang juga putra sulung Presiden Joko Widodo. Nama Gibran disebut-sebut bakal menempati posisi Calon Wakil Presiden justru muncul dari Prabowo, Ketua Umum Partai Gerindra. Sementara Ganjar baru memastikan Gibran hanya sebagai juru kampanyenya.
Walaupun usianya belum mencukupi batas minimal syarat menjadi Calon Wakil Presiden, tapi Prabowo sudah mempertimbangkan figur Gibran sebagai Cawapres-nya. Bahkan sudah berkali-kali Prabowo bertemu dengan Gibran di Solo untuk meyakinkan kesungguhan niatnya, yang berlanjut dengan agenda konsolidasi ‘tipis-tipis’ bersama Relawan Bolone Mase yang dikomandani oleh Kuat Hermawan Santoso, loyalis Gibran.
Pada sisi lain, proses judicial review untuk mengubah batas usia minimal Capres dan Cawapres dari 40 tahun menjadi 35 tahun sedang berlangsung di Mahkamah Konstitusi. Tercatat sudah ada tiga gugatan (diajukan oleh kader Gerindra, PSI, dan Partai Garuda) yang masuk ke MK. Keputusan MK nanti akan menjadi penentu, apakah Gibran pada usianya yang Oktober nanti genap 36 tahun bisa memasuki arena kontestasi Pilpres 2024 atau tidak.
Mencermati arah pergerakan bandul politik terkini, dengan besarnya dukungan kepada Prabowo menjadi tandha-tandha (pertanda) bahwa nama Gibran telah menjadi ‘magnet’ bagi Partai Golkar dan PAN untuk bergabung dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Bisa jadi strategi Prabowo menggandeng Gibran itu yang membuat Partai Golkar dan PAN memutuskan dukungannya kepada Prabowo.
Pertanyaan besarnya, apakah mungkin pasangan Prabowo-Gibran sebagai Capres-Cawapres akan terwujud? Jawabnya bisa merujuk pada ungkapan seorang seorang revolusioner anti-apartheid, Nelson Mandela, “It always seems impossible until it's done.” Ya, kelihatannya semua itu mustahil, sampai semuanya terbukti.