

Memotret Sektor Pariwisata Kota Solo Pasca-Pilpres
/ Bisnis
Rantai pasok industri di sektor pariwisata Kota Solo menjadi prioritas utama.
Anton A. Setyawan
Guru Besar Ilmu Manajemen UMS
Bagi Kota Surakarta—lazim disebut Kota Solo—sektor pariwisata menyimpan peluang ekonomi yang sangat besar. Hal ini bisa dilihat dari potensi daerah kunjungan wisata, maupun maraknya event wisata yang diselenggarakan di Kota Bengawan.
Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dan Badan Pusat Statistik Kota Surakarta menunjukkan bahwa sampai dengan bulan September 2023, Tingkat Penghunian Hotel (TPH) mencapai 57,53 persen atau meningkat 4,72 poin dibandingkan bulan Agustus 2023. Rata-rata Lama Menginap (RLM) di hotel berbintang pada bulan September 2023 mencapai 1,45 hari.
Ada dua jenis produk wisata yang potensial dikembangkan. Pertama, destinasi wisata, yaitu wisata yang menjual tujuan wisata berupa lokasi pemandangan alam yang indah atau bangunan bersejarah atau gabungan dari keduanya. Indonesia adalah negara yang beruntung karena mempunyai banyak sekali destinasi wisata, berupa pemandangan alam yang indah.
Kedua, event wisata, yakni wisata yang menjual pengalaman wisatawan dalam mengikuti atau terlibat dalam sebuah acara wisata, baik berupa upacara tradisional maupun acara-acara festival modern. Perkembangan dari event wisata termasuk acara pertandingan olahraga serta acara seni dan budaya. Dalam konteks pengembangan wisata, dua produk tersebut digabung dalam produk bundle (kumpulan).
Berdasarkan kajian dari Bappeda Kota Surakarta yang bekerja sama dengan Pusat Studi Penelitian Pengembangan Manajemen dan Bisnis (PPMB) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta (FEB UMS), sejumlah lima event wisata terbilang populer di kalangan masyarakat maupun pelaku usaha wisata, yaitu Solo Batik Carnival, Sekaten, Solo Carnaval, Solo Great Sale, dan Solo International Performing Art. Hasil kajian ini memberikan informasi awal tentang kondisi event wisata di Kota Surakarta.
Pada dasarnya, event wisata merupakan sebuah brand atau merek dari sebuah produk wisata dengan tujuan menarik wisatawan (baca: pelanggan). Nandan (2004) berpendapat, membangun imej merek tak lain sebuah usaha untuk mempercepat adopsi merek oleh konsumen. Karakteristik event wisata sebagai sebuah merek yakni bahwa produk ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan sebuah bundle dari jasa dan produk yang mendukung atau memperkuat daya tarik event wisata.
Untuk mengembangkan sektor pariwisata Kota Surakarta perlu dibangun sebuah jejaring bisnis pariwisata dengan dukungan infrastruktur dan fasilitas pendukung dari pemerintah. Selain itu, penguatan regulasi yang mendorong perkembangan sektor pariwisata juga perlu diinisiasi oleh pemerintah Kota Surakarta.
Jejaring Bisnis Pariwisata
Hasil kajian dari Bappeda Kota Surakarta dan PPMB FEB UMS merekomendasikan beberapa kebijakan yang perlu dilaksanakan pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata di Kota Surakarta dalam rangka mengembangkan sektor pariwisata di Kota Surakarta. Langkah kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut.
Pertama, memfokuskan pelaksanaan event wisata pada event-event yang besar dan paling dikenal masyarakat. Fokus pada lima event populer dapat memperkuat dampak event wisata pada pertumbuhan ekonomi. Stimulus APBD Pemkot Surakarta terhadap event wisata juga difokuskan pada lima event utama tersebut.
Kedua, Pemkot Surakarta dapat menginisiasi terbentuknya jaringan bisnis (business network), diawali dengan penguatan lembaga-lembaga pendukung yang sudah ada. Misalnya, Dinas Pariwisata Kota Surakarta dan Badan Promosi Pariwisata Indonesia Solo (BPPIS). Penguatan termasuk menambah kapasitas, anggaran, dan wewenang lembaga-lembaga tersebut.
Penguatan jaringan bisnis melibatkan semua bisnis pariwisata dalam penyelenggaraan event wisata yang diinisiasi oleh Pemkot Surakarta. Pola pelibatan pelaku usaha pariwisata dilakukan, misalnya menyesuaikan penyelenggaraan event wisata dengan puncak kunjungan wisatawan di Kota Surakarta. Penguatan kelembagaan Dinas Pariwisata dan BPPIS juga dilakukan dengan memberikan pendanaan untuk memperkuat data pariwisata Kota Surakarta sebagai dasar pengambilan keputusan.
Ketiga, pembangunan infrastruktur dan sarana yang menunjang pengembangan sektor pariwisata Kota Surakarta. Perbaikan jalan, jaringan komunikasi, sarana transportasi, serta fasilitas lain termasuk penerangan dan sebagainya menjadi bagian dari penguatan rantai pasok sektor pariwisata.
Keempat, peningkatan fasilitas bagi konsumen pariwisata, terutama hal-hal yang terkait dengan fasilitas di daerah kunjungan wisata atau daerah tempat penyelenggaraan event wisata. Fasilitas yang dimaksud di sini termasuk peningkatan kualitas pelayanan dari pelaku bisnis wisata dan semua perangkat pemerintah yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung, dalam pengembangan sektor pariwisata.
Kelima, menyusun dan melaksanakan masterplan pariwisata Kota Surakarta untuk menentukan strategi pengembangan sektor pariwisata. Masterplan dilengkapi dengan rencana aksi tahunan, program, kegiatan dan indikator capaian kegiatan yang didukung dengan data yang berkualitas.
Geliat Pasca-Pilpres
Kondisi terkini, hingga akan digelarnya Pemilihan Presiden 2024, pengembangan sektor pariwisata Kota Solo masih belum terlalu menggembirakan. Kebijakan yang ada masih bersifat sektoral. Belum ada komitmen dari lembaga pendukung untuk memperkuat sektor pariwisata.
Permasalahan lain, karakteristik bisnis pariwisata termasuk dalam bidang jasa, sehingga mempersulit upaya pembangunan rantai pasok industrinya. Font et al. (2006) mengemukakan, saat ini, industri pariwisata global telah bergerak dengan memperkuat rantai pasok sebagai daya saing mereka. Reisinger dan Turner (1999) menyebutkan bahwa pengembangan rantai pasok pariwisata di Jepang yang dimulai sejak 1997 melibatkan banyak sekali industri lain yang memperkuat pariwisata di Negeri Sakura
Sektor pariwisata merupakan sektor potensial di Kota Surakarta. Kita tidak bisa berharap dari sektor industri pengolahan dan manufaktur untuk mengembangkan sektor ini. Pilihan untuk memperkuat dan menyusun strategi pengembangan sektor pariwisata Kota Surakarta dapat mendorong perekonomian wilayah dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.