

Klaten (Bisa Jadi) Kota Sungai
/ Opini
Oleh para pendahulu, Kota Klaten dibangun di atas aliran sungai yang cukup untuk kebutuhan warga.
Sentot Suparna
Founder Lori Gondang Library
Tahun ini, Indonesia mengalami fenomena anomali iklim yang populer disebut kemarau basah. Dalam kondisi normal, wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada kisaran bulan April hingga Mei. Kenyataannya tidak demikian. Hingga bulan Juni, hampir semua daerah di Indonesia masih diguyur hujan deras, tidak jarang pula disertai angin kencang dan petir.
Indonesia termasuk dalam wilayah beriklim tropis yang mengenal dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau lazimnya berlangsung antara bulan April hingga Oktober. Selanjutnya, pada bulan Oktober hingga April, wilayah Indonesia akan memasuki musim hujan. Namun sekarang, siklus itu tak lagi sama; tak lagi pasti. Perjalanan musim seolah enggan mematuhi kaidahnya.
Fenomena anomali iklim sering bersinggungan dengan peristiwa kebencanaan, dalam skala kecil maupun besar. Kebencanaan selalu berdampak pada aspek sosial-ekonomi masyarakat dan lingkungan, baik jangka pendek maupun panjang.
Beberapa kota di Indonesia selalu dilanda banjir saat musim hujan. Misalnya, Kota Jakarta dan Semarang. Meskipun bersifat bencana, fenomena dua kota tersebut selalu dianggap hal biasa, seolah sudah menjadi permakluman.
Berbeda cerita ketika banjir terjadi di Kota Klaten dalam beberapa bulan terakhir. Beragam pertanyaan muncul, karena selama ini rasa-rasanya Kota Klaten belum pernah mengalami banjir hingga sebagian warga harus diungsikan.
Kabupaten Klaten memang bukan daerah bebas banjir. Beberapa kecamatan, antara lain Gantiwarno, Bayat, Cawas, Karangdowo, Juwiring, dan Wonosari selalu dilanda banjir bila musim hujan. Secara topografi, daerah-daerah ini tergolong rendah, bahkan lebih rendah dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Dengkeng yang sangat vital bagi kepentingan irigasi dan drainase Kabupaten Klaten. Wilayah Kabupaten Klaten sisi barat dan barat laut termasuk Kota Klaten, relatif terbebas dari ancaman banjir karena letaknya yang lebih tinggi.
Fenomena banjir di Kecamatan Klaten Tengah dan Klaten Utara akhir Mei 2025 lalu, hendaknya dipandang sebagai warning untuk lebih memperhatikan kebersihan dan sistem drainase lingkungan. Terlepas dari kondisi iklim maupun cuaca, kebersihan dan sistem drainase lingkungan sangat vital sebagai antisipasi terjadinya banjir.
Klaten Tengah adalah jantung Kota Klaten. Di wilayah ini melintas lima buah sungai yang sangat ideal untuk kepentingan irigasi maupun drainase lingkungan.
Para pendahulu memilih tempat di antara beberapa aliran sungai untuk mendirikan Kota Klaten, bukan terjadi secara kebetulan. Cikal bakal Kota Klaten didirikan di tengah tanah-tanah Vorstenlanden (tanah kerajaan) yang sangat luas sebagai area pertanian dan perkebunan.
Fungsi sungai sebagai sarana irigasi sangat strategis, mengingat pada zamanya, agro-industri merupakan primadona perekonomian. Sungai tersebut sekaligus sebagai sarana drainase untuk mengatur aliran air ke daerah hilir.
Lebih Peduli Sungai
Dua seperempat abad sejak kelahiranya, Kota Klaten terus melintas zaman dan mengenyam beragam perubahan. Sungai-sungai yang dulu menjadi sarana vital, sekarang dipandang sebelah mata, bahkan mungkin terlupakan. Sejuta jasa dan cerita kini terpendam, sedalam lumpur sedimentasi.
Pergeseran fungsi yang terjadi, secara fisik berdampak terhadap perubahan struktur sungai yang ada. Banyak infrastruktur yang tergusur bangunan baru, rusak, atau tertimbun akibat sedimentasi. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab fungsi sungai sebagai sarana drainase kurang optimal.
Realitasnya, sungai-sungai yang melintas Kota Klaten memang mengalami pergeseran fungsi, meskipun sebenarnya masih memiliki peran yang tak jauh berbeda. Di tengah pergeseran fungsi itu bahkan muncul potensi baru. Beberapa lokasi di aliran sungai yang ada, cukup potensial untuk dikembangkan sebagai spot wisata. Selain potensial, wisata berbasis sungai di tengah kota juga semakin menguatkan predikat Klaten sebagai ‘negeri seribu mata air’.
Fenomena banjir dan wacana kepariwisataan, semoga menginspirasi pemerintah dan masyarakat Kota Klaten untuk lebih peduli pada sungai, sebagai salah satu potensi alam. Sebagai bagian kehidupan dan budaya masyarakat. Tata kelola sungai yang terintegrasi dengan lingkungan, merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan kesejahteraan.
Pada lingkup yang lebih luas, sudah saatnya pemerintah dan warga Klaten lebih mengimplementasikan pelestarian alam, budaya, dan penataan lingkungan. Isu pelestarian alam bahkan cukup mendesak sebagai prioritas perhatian. Potensi alam dan budaya adalah karunia Tuhan yang diwariskan oleh para pendahulu Klaten. Menjadi kewajiban bagi generasi penerus untuk senantiasa merawat dan menjaga.
Peringatan Hari Jadi Klaten tahun 2025 sudah di depan mata. Tanggal 28 Juli 2025 nanti, Klaten genap berusia 221 tahun. Momentum peringatan hari jadi tersebut sangat relevan untuk mengangkat tema tentang alam, budaya, serta lingkungan secara proporsional di tengah acara seremonial dan hiburan. Di antaranya, orientasi historis tentang Klaten. Generasi penerus sudah semestinya paham tentang bagaimana Klaten tempo doeloe, sekarang, dan masa yang akan datang.
Editor: Rahma Frida