

Good Leader Good Server
/ Opini
Seseorang dianugerahi Tuhan sebagai pemimpin, setelah melampaui proses ujian dan tantangan.
Muhamad Zuhdi
Pemerhati Isu-isu Kepemimpinan. Alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ketua Umum HMI Cabang Sukoharjo Periode 1999-2000
Terma kepemimpinan tak urung menjadi diskursus intens menjelang Pemilihan Umum 2024. Bagaimana tidak? Momentum lima tahunan tersebut dapat sangat menentukan baik-buruknya Republik di masa depan. Prosesi bilik suara dengan menentukan pilihan kepada nama kandidat yang disukai beriring harapan besar tentang perbaikan bangsa dan negara.
Apabila tepat dalam memilih pemimpin, bukan tidak mungkin, perubahan kehidupan yang lebih baik dapat dicapai. Para pemimpin akan memerankan diri sebagai pengayom, pelindung, dan penjaga rakyatnya tanpa pandang bulu. Keadilan dan kesejahteraan menjadi prioritas unggulan di atas kepentingan orang per orang.
Namun, apabila hasil yang terjadi adalah sebaliknya, betapa semakin sulit kehidupan rakyat nanti. Sekarang saja, berbagai persoalan yang ada seperti tak kunjung selesai. Semakin hari, rasanya semakin mengikis optimisme hidup, lantaran selalu saja ada masalah yang datang bertubi-tubi. Sebuah potret tentang kompleksnya hidup bernegara yang sungguh membutuhkan pemimpin-pemimpin mumpuni.
Bukankah Tuhan menciptakan manusia di muka bumi ini untuk menjadi pemimpin? Pemimpin yang seperti apa? Apakah para pemimpin yang dapat memakmurkan bumi dan seisinya? Mari membahasnya lebih lanjut.
Allah SWT menjadikan manusia sebagai pemimpin melalui proses pembelajaran dan ujian. Seperti halnya Allah menciptakan Nabi Adam AS sebagai manusia pertama di dunia dengan penuh proses dan ujian. Ketika itu, makhluk lain ciptaan-Nya tidak setuju terhadap keberadaan Nabi Adam AS, seperti tertuang dalam firman Allah SWT Al-Baqarah ayat 30.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Begitu pula ketika Allah SWT menjadikan Nabi Ibrahim AS sebagai pemimpin untuk kaumnya. Ujian yang harus dilaluinya yakni menghadapi Raja Namrud dan tentangan dari orangtuanya yang tidak menyetujui perjuangannya. Pada akhirnya, Nabi Ibrahim sukses melampaui semua proses menjadi pemimpin, seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya, Al-Baqarah ayat 124.
(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mau dan mampu mengikuti proses terjadinya sifat kepemimpinan itu sendiri. Ia pun dinyatakan lulus saat berjibaku menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupan. Pada akhirnya, ia akan memiliki kepekaan diri terhadap kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya.
Apabila seseorang berhasrat menjadi pemimpin, atau didorong tampil sebagai pemimpin, namun tanpa melewati proses, ujian, dan tentangan yang berarti, walhasil saat ia memimpin, sudah pasti tidak ada gregetnya. Kapasitas dan daya tahannya sebagai pemimpin ditentukan oleh seberapa mampu ia menyelesaikan persoalan, dari waktu ke waktu.
Ia akan mudah bersedih bila melihat orang-orang yang dipimpinnya tidak berkecukupan. Ia bisa marah melihat ketidakadilan. Ia sensitif dengan penderitaan rakyat, karena pemimpin hadir sebagai bagian dari solusi. Peka terhadap realitas hanya mungkin muncul dari jiwa para pemimpin yang telah melampaui proses ujian kepemimpinan. Bukan para pemimpin karbitan yang tidak tahu menahu situasi dan keadaan.
Sifat Pemimpin Baik
Dalam Islam, seorang pemimpin yang baik memiliki sekurang-kurangnya empat sifat dalam kepemimpinan, yakni Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathanah.
Pertama, Shiddiq. Shiddiq artinya jujur. Kejujuran ini harus tertanam dalam diri setiap pemimpin. Pemimpin yang jujur tidak akan membohongi rakyat dan jauh dari pencitraan. Ia akan jujur kepada dirinya sendiri maupun kepada rakyat. Karena, pemimpin yang jujur paham bahwa kejujuran akan membawa kebaikan dalam segala hal.
Kedua, Tabligh. Tabligh adalah berani menyampaikan kebenaran dan mengungkap ke-bathil-an. Seorang pemimpin harus memiliki sifat Tabligh. Selain menyuarakan kebenaran dan berani dinilai secara kritis oleh rakyat, pemimpin tak bisa dibeli dengan dan oleh kekuatan apa pun. Ia tegas dalam pendirian dan tegar dalam prinsip membela kebenaran.
Ketiga, Amanah. Amanah berarti dapat dipercaya. Dengan sifat amanah, pemimpin mampu menjalankan, sekaligus menjaga kepercayaan yang diembannya secara profesional. Sifat ini juga harus dimiliki oleh calon pemimpin. Pemimpin yang amanah sadar bahwa amanah yang ia emban untuk kepentingan rakyat, bukan menjadi pelayan kepentingan pribadi, kelompok, partai, pemilik modal, atau bahkan kepentingan asing. Ketidakjujuran, ingkar janji, dan kegagalan dalam mengemban amanah adalah ciri orang munafik.
Keempat, Fathanah. Fathanah artinya cerdas. Kecerdasan, kemampuan mengatasi masalah, dan menguasai persoalan mutlak harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Dari pemimpin yang cerdas dan berilmu akan lahir kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan rakyat.
Dalam kehidupan profesional, seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan dalam hubungan sosial maupun individual, di antaranya, pertama, komunikasi yang baik dengan setiap orang. Pemimpin harus memiliki kemampuan dalam proses penyampaian informasi yang berisi pesan, ide, dan gagasan, kepada pihak lain yang menjadi audiensinya dengan memilih perilaku komunikasi yang cocok dan efektif, sesuai situasi tertentu.
Kedua, para pemimpin haruslah memiliki rasa trust dan karakter yang tinggi. Ketika pemimpin memiliki rasa percaya yang tinggi maka semua harapan dan gagasan yang dirancang dapat terwujud. Dengan begitu, kreativitas, inovasi, produktivitas, efesiensi, dan moral akan berkembang. Kepemimpinan berdasarkan trust sangat penting untuk kolaborasi, komitmen, dan situasi yang sehat.
Ketiga, pemimpin sudah tentu memiliki rasa menikmati yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepada rakyatnya. Pemimpin yang memiliki perasaan tulus dan timbul dari dalam hati untuk melayani akan menempatkan kebutuhan rakyat sebagai prioritas, dapat menyelesaikan program secara bersama, dan membantu orang lain dalam mencapai tujuan yang lebih besar.
Dari sekian penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa pemimpin lahir dari perjuangan. Mereka berproses dalam menyelesaikan ujian dan tantangan. Dengan melihat rekam jejak perjuangan maka Tuhan pun akan memberikan gelar pemimpin itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Bukan sekadar anugerah-Nya, tapi juga proses yang telah dilakukan.
Begitulah. Pemilu tidak lama lagi. Kita membutuhkan para pemimpin yang sungguh mengerti kebutuhan rakyat, karena mereka memang lahir dari rakyat. Pemimpin pilihan rakyat sudah semestinya melayani rakyat. Pemimpin yang baik adalah para pelayan rakyat. Good leader is good server.