

Benar, Informasi Perlu Dievaluasi
/ Opini
Evaluasi informasi dilakukan demi menghindari kesalahan dan meningkatkan akurasi keputusan.
Aryati Wuryandari
Dosen Unwidha Klaten
Pengambilan keputusan menjadi titik krusial seseorang atau lembaga, karena bisa jadi berpengaruh signifikan bagi banyak pihak. Namun, sering kali data yang digunakan tidak tepat, tidak relevan, tidak kredibel, dan tidak berkualitas. Kesalahan pun akhirnya tak dapat dihindari akibat minimnya akurasi keputusan. Oleh karena itu, dibutuhkan evaluasi informasi.
Umumnya, evaluasi informasi dipahami sebagai proses menilai suatu sumber informasi, baik itu berupa dokumen, halaman website, foto, atau data, dalam konteks tujuan tertentu. Proses ini mencakup penilaian validitas, reliabilitas, relevansi, dan akurasi sumber.
Evaluasi informasi bisa juga berarti kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah, memahami, dan mengevaluasi secara kritis informasi tersebut.
Tujuan evaluasi informasi, yakni menilai tingkat keandalan dan kredibilitas sumber, menentukan relevansi dan kualitas terhadap kebutuhan, mendukung pengambilan keputusan berdasar data, meningkatkan mutu penelitian atau program, serta menghindari penyebaran informasi keliru atau bias.
Ada enam teknik evaluasi informasi. Teknik pertama dan utama, memeriksa sumber informasi; segala bentuk media, orang, atau dokumen yang menyediakan data, fakta, atau pengetahuan yang dapat digunakan untuk memahami, mempelajari, atau menyelesaikan suatu persoalan.
Sementara itu, jenis sumber Informasi dapat dibedakan berdasarkan keasliannya, merujuk pada tingkat orisinalitas atau kedekatan informasi tersebut terhadap kejadian atau data aslinya. Bisa juga berdasarkan bentuknya; pengelompokan informasi berdasarkan media atau format fisik pun digital tempat informasi itu disampaikan. Sumber informasi ketiga berdasarkan otoritas dan tujuannya, mengacu pada siapa yang menerbitkan informasi (otoritas) dan apa tujuan informasi itu dibuat atau disampaikan (tujuan).
Sumber informasi berdasarkan keasliannya terdiri dari sumber informasi primer, yakni sumber informasi dari pihak pertama berupa wawancara, survei, dan observasi. Sumber informasi primer jarang digunakan, karena masih dalam bentuk data mentah. Misalnya, laporan penelitian, hasil wawancara, data survei, dan hasil eksperimen.
Selanjutnya, sumber informasi sekunder, yaitu sumber informasi yang sudah diolah atau dalam bentuk hasil interprestasi. Biasanya, sumber ini telah dipublikasikan. Contohnya, reviu jurnal, buku teks, artikel, dan ringkasan berita.
Terakhir, sumber informasi tersier, merupakan gabungan atau rangkuman dari sumber informasi primer dan sekunder. Contohnya, indeks, abstrak, bibliografi, direktori jurnal, dan database literatur (Scopus).
Apabila berdasarkan bentuknya sumber informasi dapat berupa sumber cetak yang tersedia dalam bentuk fisik, serta melalui proses editorial. Misalnya, buku, jurnal ilmiah (versi cetak), surat kabar, majalah, dan ensiklopedia.
Bentuk lainnya berupa sumber digital yang tersedia dalam bentuk digital di mana akses cepat serta sering diperbarui (up to date). Contohnya, artikel jurnal online, website resmi, e-book, database digital (ProQuest, Google Scholar).
Tidak lupa, sumber berbentuk audio-visual. Visual yang menarik cocok untuk pembelajaran. Contohnya, video edukasi (YouTube), podcast, film dokumenter, dan webinar.
Lebih lanjut, sumber informasi dapat berdasarkan otoritas dan tujuannya yang terdiri dari sumber akademik, pemerintah, komersial, sosial, dan populer. Sumber akademik bertujuan edukasi dan riset. Otoritasnya ada pada para akademisi dan peneliti. Misalnya, jurnal penelitian, tesis, disertasi, dan buku akademik. Sumber pemerintah dengan otoritas lembaga negara dan pejabat publik bertujuan untuk regulasi, kebijakan, dan transparansi. Contohnya, undang-undang, situs kementerian, dan laporan statistik
Sumber komersial ditujukan untuk menjual produk atau jasa. Otoritasnya, perusahaan dan pemilik merek. Contohnya, iklan, brosur, dan website. Sementara sumber sosial atau komunitas bertujuan untuk beropini serta berbagi pengalaman. Otoritasnya ada pada individu dan umum. Contohnya, forum diskusi dan media sosial. Terakhir, sumber popularitas yang bertujuan untuk informasi umum dan hiburan dengan otoritas para wartawan, penulis umum, dan konten kreator. Contohnya, koran, majalah, blog, dan YouTube.
Akurasi Adalah Kunci
Teknik evaluasi informasi yang kedua, memeriksa keakuratan. Caranya, membedakan mana yang fakta dan mana yang opini. Fakta adalah informasi atau pernyataan yang benar-benar terjadi, bisa dibuktikan dengan data, angka, atau bukti nyata. Fakta dapat dibuktikan kebenarannya, bersifat objektif (apa adanya), serta tidak dipengaruhi oleh perasaan atau pendapat pribadi.
Sementara opini adalah pendapat, pandangan, atau perasaan seseorang terhadap sesuatu. Opini bersifat subjektif berdasarkan pendapat dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Dalam opini sering kali menggunakan kata-kata ‘menurut saya’, ‘sebaiknya’, dan ‘mungkin’.
Berlanjut ke teknik evaluasi informasi yang ketiga, yaitu memeriksa kepengarangan. Identitas penulis dengan jelas harus disebutkan. Kualifikasi penulis harus jelas, terkait dengan topiknya. Selain itu, jejak publikasi penulis, serta mencantumkan cara berkomunikasi dengan penulis berupa email atau website penulis.
Teknik evaluasi informasi yang keempat, yakni memeriksa akurasi dan relevansi. Akurasi berarti ketepatan informasi; apakah isi informasi tersebut benar, tidak keliru, dan dapat dibuktikan. Relevansi berarti kecocokan informasi; apakah informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan, topik, atau tujuan.
Bagaimana cara mengecek akurasi informasi? Bandingkanlah dengan sumber lain. Periksalah penulis dan afiliasinya. Lihatlah tanggal terbit. Periksalah data dan bukti. Perhatikanlah bahasa yang digunakan. Setelahnya, pengecekan relevansi informasi dapat dilakukan dengan meninjau topik atau pertanyaan, memeriksa cakupan informasi, memastikan kecocokan peruntukan untuk siapa, serta mempertimbangkan waktu.
Memeriksa keterbaruan menjadi teknik evaluasi informasi yang kelima. Anda dapat memastikan seberapa mutakhir atau terbaru suatu informasi; apakah informasi tersebut masih relevan dengan kondisi saat ini, atau sudah kedaluwarsa; tanggal terakhir informasi diperbarui; apakah data atau fakta masih berlaku; apakah topik terus berkembang atau statis.
Teknik evaluasi informasi terakhir, memeriksa objektivitas; sejauh mana informasi disampaikan secara netral, tidak memihak, dan berdasarkan fakta, bukan pendapat pribadi, emosi, atau tujuan tersembunyi.
Objektif berarti tidak bias atau tidak condong ke salah satu pihak tertentu. Selain itu, tidak dimanipulasi untuk tujuan propaganda, iklan, atau opini pribadi, menyajikan berbagai sudut pandang secara adil, serta berdasarkan fakta, bukan hanya pendapat.
Editor: Rahma Frida