

Belajar Daring, Sebuah Transformasi Digital?
/ Opini
Akses internet yang belum merata, banyaknya orang yang masih gagap teknologi, serta perlengkapan belajar daring yang masih tergolong mahal menjadi kendala utama.
Mutmainah Shinto Asih R.
Alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Guru SMP Negeri 4 Cepiring.
Semasa pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Salah satu isinya, proses belajar dari rumah yang dilaksanakan melalui pembelajaran dalam jaringan (daring) atau jarak jauh bagi peserta didik.
Ketika itu, pembelajaran daring menjadi satu-satunya pilihan dalam kondisi pencegahan penyebaran Covid-19. Para pendidik harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik berada di rumah. Selama hampir dua tahun, peserta didik terpaksa harus menjalani pembelajaran daring, akibat pandemi Covid-19.
Dalam pengertian umum, pembelajaran daring merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet dan digital untuk menyampaikan dan menerima materi. Peserta didik serta pendidik tidak harus bertatap muka secara langsung dalam satu ruangan yang sama.
Dengan menggunakan teknologi, proses pembelajaran berbasis daring memungkinkan pendidik dan peserta didik melaksanakan pembelajaran, tanpa harus berada dalam satu ruangan. Mereka fleksibel memilih tempat yang dianggap nyaman dalam menunjang pembelajaran.
Pada kenyataannya, pandemi Covid-19 menyebabkan transformasi digital yang besar, tiba-tiba, dan dramatis. Pandemi memaksa terjadinya lompatan digital dalam teknologi belajar. Transformasi digital dalam dunia pendidikan di masa pandemi juga menciptakan peluang dan tantangan. Dunia pendidikan, perlahan tapi pasti, beradaptasi dengan transformasi digital.
Transformasi digital adalah transformasi multifaset dari bisnis atau organisasi, mulai dari sumber daya manusia, proses, strategi dan struktur, hingga adopsi teknologi untuk meningkatkan kinerja.
Perubahan besar terlihat dalam proses belajar mengajar menuju pembelajaran jarak jauh yang menjadi bagian dari kebijakan selama pandemi dan harus menjaga jarak satu sama lain. Dengan perubahan pembelajaran ini, materi pun didigitalkan agar dapat digunakan dalam proses digital. Hasilnya adalah e-learning, online learning, dan digital learning.
Para pendidik, suka tidak suka, mau tidak mau, menjadi akrab dan mahir menggunakan berbagai perangkat dan media untuk mendukung pembelajaran daring. Hambatan dan keterbatasan yang dialami justru menunjukkan kemajuan dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran.
Fleksibilitas Daring
Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbudristek, M. Hasan Chabiebie, dalam Seminar Pendidikan Nasional bertajuk ‘Menyongsong Era Baru Pembelajaran Daring di Pasca-Pandemi’ yang diadakan oleh FKIP Unida Bogor, berpandangan, dalam masa pandemi Covid-19, semuanya harus menyesuaikan diri, tidak terkecuali dunia pendidikan.
Ia memprediksikan pendidikan di Indonesia menggunakan proses pembelajaran blended learning, yaitu gabungan dari pembelajaran luar jaringan (luring) dan daring. Karena, semua pihak telah terbiasa dengan mekanisme virtual dan segala kepraktisannya. Pun ketika pandemi selesai.
Transformasi digital dunia pendidikan memfasilitasi transfer pengetahuan, kapan saja dan di mana saja bahkan saat pandemi Covid 19 telah berlalu. Kegiatan web seminar (webinar), online meeting, diklat, pelatihan, dan kuliah telah dilakukan dengan berbagai aplikasi Zoom Meeting, G-Meet, Microsoft Team, sehingga memungkinkan proses transfer pengetahuan tanpa batasan.
Popularitas belajar mengajar daring berdasarkan tren semakin naik, karena fleksibilitasnya. Dosen, misalnya, tidak harus berada di kantor atau kampus untuk mengajar, begitu juga mahasiswa, sehingga tidak mengganggu berbagai agenda lainnya.
Belajar daring terbagi menjadi Synchronous Learning dan Asynchronous Learning. Synchronous Learning dilakukan secara real time, pada waktu yang sama, terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik, menggunakan platform yang sama. Contohnya, pembelajaran daring dengan Zoom Meeting, G-Meet, dan Microsoft Team.
Sementara Asynchronous Learning adalah pembelajaran yang berlangsung melalui saluran daring tanpa interaksi langsung, seperti pembelajaran melalui Learning Management System (LMS) atau unggahan materi di YouTube, sehingga dapat dipelajari kapan saja, tanpa harus bertatap muka langsung secara virtual dengan aplikasi meeting.
Inovasi Model Pembelajaran
Perkembangan platform daring semakin masif. Banyak teknisi dan ahli teknologi informasi mulai menunjukkan inovasi model pembelajaran paling efektif. Model tersebut kemudian diadopsi oleh sekolah, lembaga pelatihan, atau lembaga penyedia kursus. Beberapanya sebagai berikut.
Pertama, aplikasi e-learning. Saat ini, banyak pengembang mulai melihat permintaan terhadap aplikasi khusus pembelajaran jarak jauh. Muncullah berbagai macam platform khusus belajar daring, seperti Moodle, G-Meet, Google Classroom, hingga Zoom Meeting.
Fitur-fiturnya disesuaikan, sehingga bisa mengelola kelas, layaknya tatap muka langsung, misal lahan presentasi, ruang diskusi, papan tulis digital, dan berbagai kemudahan lain. Kelemahannya, harus terhubung dengan internet yang memerlukan banyak sekali transfer data.
Kedua, website khusus belajar daring. Selain aplikasi belajar mengajar daring, mulai banyak berkembang rintisan website khusus pembelajaran. Memanfaatkan Learning Management System (LMS) untuk lebih mengembangkan sistem pembelajaran terstruktur. Website ini biasanya menyimpan berbagai video pembelajaran, susunan materi, serta progress belajar dan bisa diakses kapan saja, fleksibel, tidak harus bertatap muka langsung.
Ketiga, media sosial. Medsos juga digunakan sebagai jembatan mengadakan pembelajaran langsung. Whatsapp atau Telegram menjadi pilihan penting dalam berkomunikasi, mengirimkan jawaban, atau membagikan soal. Selain itu, ada fitur video call atau group video call (di telegram saja), yang memungkinkan meeting mendadak, apabila peserta didik kesulitan dalam pembelajaran. Kelemahannya, terkadang grup tertutup oleh obrolan dari para peserta didik.
Meskipun Indonesia cenderung cepat dalam beradaptasi, tetapi tidak menutup mata bahwa ada kendala, tantangan, serta hambatan ketika pelaksanaannya. Hambatan ini antara lain akses internet yang belum merata, banyak orang yang masih gagap teknologi, serta perlengkapan belajar daring yang masih tergolong mahal.
Berdasarkan perkembangan teknologi serta kemandirian siswa dalam melangsungkan pembelajaran, masih belum bisa sepenuhnya mengandalkan belajar daring sebagai alternatif pengganti luring. Beberapa komponen masih belum siap menghadapi revolusi tersebut. Meski demikian, harapannya, pembelajaran daring menjadi alternatif model baru yang lebih mengakomodasi peserta didik dalam mengembangkan karier dan perannya di masyarakat.
Bahan Bacaan
Ahmad Saeroji. ‘Tips Pembelajaran Daring Tatap Muka Maya melalui Teleconference’. Artikel UNNES Semarang.
Herry Kiswanto. 2023. ‘Belajar Daring, Cara Belajar Masa Kini’. Artikel kumparan.com.
M. Hasan Chabiebie. 2021. ‘Menyongsong Era Baru Pembelajaran Daring di Pasca-Pandemi’. Notulensi Seminar Pendidikan Nasional FKIP Unida Bogor.
Romi Siswanto. 2022. ‘Transformasi Digital dalam Pemulihan Pendidikan Pasca-Pandemi’. Artikel Direktorat Guru Pendidikan Dasar.