Ketua PCM Pamotan-Rembang, M. Zaky Wahyuddin Azizi (kiri), bersama Wamen Fajar Riza Ul Haq (bertopi). (Set PCM Pamotan)
Tugas Berat Berkemajuan Mas Wakil Menteri : Ketua PCM Pamotan-Rembang, M. Zaky Wahyuddin Azizi (kiri), bersama Wamen Fajar Riza Ul Haq (bertopi). (Set PCM Pamotan)
Ketua PCM Pamotan-Rembang, M. Zaky Wahyuddin Azizi (kiri), bersama Wamen Fajar Riza Ul Haq (bertopi). (Set PCM Pamotan)

Tugas Berat Berkemajuan Mas Wakil Menteri

Fajar Riza Ul Haq adalah potret komitmen perkaderan kepemimpinan bangsa ala Muhammadiyah.


M. Zaky Wahyuddin Azizi
Ketua PCM Pamotan-Rembang. Alumnus Akuntansi FEB UMS. Santri Pondok Shabran 1999.

 

Lebaran tahun ini, seorang kawan lama berkunjung ke tempat tinggal saya di Pamotan, Rembang. Kawan yang kini diamanahi jabatan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq. Bukan hanya bungah, saya terasa mendapat kejutan dan kehormatan besar. Terasa hampir tak nyata.

Dahulu, kami sama-sama mengenyam pendidikan kemuhammadiyahan di Pondok Shabran. Sebuah lembaga strategis perkaderan calon pemimpin Muhammadiyah yang lahir dari tangan mulia, Rektor pertama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Mohamad Djazman Al Kindi. Bersama santri-santri lain, kami menelaah rupaneka hal, demi kesiapan berkiprah teruntuk umat dan bangsa.

Saya dan Fajar adalah murid dari tokoh-tokoh Muhammadiyah ternama, seperti Ari Anshori, Syamsul Hidayat, Mutohharun Jinan, Zakiyuddin Baidhawy, Najmuddin Zuhdi, Imron Rosyadi, dan guru-guru lain yang dedikatif. Pada masanya, kami belajar sungguh-sungguh dalam koridor Persyarikatan yang sepenuh hati menjaga Republik ini.

Fajar tercatat sebagai Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Sukoharjo. Sementara saya berkiprah bersama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sukoharjo. Dinamika intelektualisme dan aktivisme berhasil membentuk kepribadian kami menjadi kader-kader Muhammadiyah yang tahan banting dan peka zaman.

Pasca-lulus UMS, Fajar melakukan pengembaraan penuh halangan dan rintangan, hingga jengkal per jengkalnya memantapkan kapasitas diri yang lantas berbuah amanah negara sebagai Wamen. Saya berkeputusan untuk pulang ke tanah kelahiran dan bercengkerama bersama akar-rumput. Tahun demi tahun, saya pun diamanahi sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pamotan.

Kedatangan Fajar ke Pamotan tentu saja dapat dimaknai beragam. Ia datang sebagai pribadi. Sebagai kawan lama yang hendak menyapa dan bersilaturahmi. Ia juga datang sebagai salah satu pemimpin nasional yang di pundaknya tertata berat tugas-tugas kenegaraan. Ia datang pula sebagai warga Persyarikatan yang membawa pesan hidup berkemajuan.

Tak disangkal, sosok Fajar begitu mengesankan. Akhlaknya mulia, berwawasan luas, genius, sarat kemampuan memimpin, visinya luar biasa, dan tak lupa, berbalut pribadi sederhana. Sama seperti puluhan tahun yang lalu, saat berbicara, intonasi suaranya selalu lembut dan menenangkan orang-orang yang ia ajak bicara. Ia mengungkap substansi persoalan, bukan hanya bunga-bunga permukaan.

Bila tak ingat bahwa ia tengah dibutuhkan bangsa dan negara, rasanya saya hendak mengajaknya berkeliling Rembang sembari bernostalgia atau merencanakan hal-hal strategis seputar keumatan dan kebangsaan. Tapi apa mau dikata. Fajar bukan lagi santri Shabran yang dahulu bisa setiap saat diajak mengobrol di wedangan hik. Ia sekarang merepresentasi negara.

Dalam kunjungannya yang singkat, sungguh sangat berarti bagi saya, keluarga saya, juga Keluarga Besar PCM Pamotan. Omongan-omongannya memantik semangat ber-Muhammadiyah agar terus menyala, karena zaman yang tak lagi dapat ditebak. Senyum dan doanya seperti melibas rasa malas dan energi negatif apa pun. Fajar bukan hanya menginspirasi. Ia meletakkan dirinya pada panggung kebangsaan yang bisa saja ditempati kader Muhammadiyah mana pun, atas izin Allah SWT.

Pendidikan Berkemajuan

Tugas Fajar sebagai Wakil Menteri jelas tak mudah. Namun, karena tak mudah itulah ia terpilih. Terlebih, ia begitu paham konsepsi pendidikan berkemajuan khas Muhammadiyah, yakni pendidikan yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan agama, serta bertujuan untuk kemajuan masyarakat. Konsep yang sejak lama digagas Sang Pencerah, Kiai Ahmad Dahlan.

Pada praktiknya, negeri ini belum juga entas dari problem kompleks yang seperti memisahkan agama dan pendidikan. Dalam kapasitasnya sebagai warga Persyarikatan, Fajar mengemban misi pengintegrasian pendidikan modern dengan pendidikan agama. Ia dapat mentransformasikan pendidikan yang memadukan iman dan kemodernan.

Selanjutnya, pendidikan berkemajuan dapat membawa bangsa ini pada kehidupan yang mencerdaskan dan membebaskan manusia dari kebodohan pun kemiskinan. Dengan sentuhannya, Fajar dapat berkontribusi pada sistem pendidikan yang menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat menuju kemajuan, serta menggunakan nilai-nilai agama untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan.

Sementara itu, Fajar dihadapkan pada situasi dan keadaan pendidikan rakyat Indonesia yang masih jauh dari kata memadai. Upaya peningkatan kualitas pendidikan ternyata berkelindan dengan kesenjangan akses pendidikan, kurangnya sarana dan prasarana, rendahnya kualitas para pendidik kesejahteraan guru, kurikulum, berikut persoalan sosial serta kurangnya efektivitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran.

Sekali lagi, sungguh berat tugas Mas Wamen. Namun, ia harus terus berjalan tegap. Kader Muhammadiyah terbiasa ditempa setiap saat oleh masalah. Persyarikatan dan Republik ini manunggal, tak terpisahkan. Sakit bangsa kita, sakit pula Muhammadiyah. Dengan kemampuannya yang di atas rata-rata, saya pikir, Fajar bisa mengemban tugas berat itu. Ya, saya yakin.

Editor: Astama Izqi Winata


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik