

Penelitian Rasa Traktiran, Cara Prof Ambarwati Bimbing Mahasiswa UMS
/ Inspirasi
Tak hanya dibimbing, studi akhir para mahasiswa terasa lebih ringan tanpa turun kualitas.
PABELAN, Kartasura | Fenomena kegagalan mahasiswa tingkat akhir untuk sampai pada tahap wisuda bukan hal baru. Selain riset yang mengalami kebuntuan, dosen pembimbing yang tidak satu frekuensi, biaya riset juga menjadi persoalan vital. Sebagian dari mereka bahkan memutuskan untuk tidak menyelesaikan studinya.
Demi kelancaran studi akhir mahasiswa, Guru Besar Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Ambarwati, sering kali memberikan traktiran kepada mahasiswa. Traktiran yang dimaksud bukan dengan membelikan barang atau makanan, tetapi dengan berkomitmen membiayai riset mahasiswa hingga selesai.
“Setiap semester, saya memilih empat hingga lima mahasiswa untuk saya biayai risetnya. Kriterianya, mereka memilih tema mikrobiologi sesuai kepakaran saya dan ketika mengajukan permohonan kepada saya agar menjadi dosen pembimbing berada di urutan awal,” ujar Prof Ambar ketika dijumpai di Lembaga Riset dan Inovasi UMS, Jumat (3/1/2025).
Setelah terpilih, sekelompok mahasiswa semester akhir tersebut diundang dalam forum khusus. Selain berkenalan lebih dekat, Prof Ambar mulai menjelaskan gambaran riset yang akan dijalani. Ia memperkenalkan strategi riset payung, yakni penelitian kolaboratif antara dosen dan mahasiswa untuk meneliti sebuah tema besar.
Strategi riset payung memungkinkan datangnya pembiayaan dengan sejumlah persyaratan. Dari skema pembiayaan itu, riset menjadi lebih mudah dijalankan. Untuk mendapatkannya, setiap pemohon diharuskan taat pada prosedur dan harus melampaui kualifikasi yang telah ditetapkan.
Pada praktiknya, strategi riset payung tidak selalu ditempuh satu arah. Tema dan proposal riset bisa bermula dari Prof Ambar, bisa pula dari para mahasiswa bimbingannya. Klub studi kecil ini bahu-membahu demi proyek bersama yang berdampak pada luaran penting, yakni kelulusan para mahasiswa dengan hasil memuaskan.
“Jadi terkadang, tema diusulkan mahasiswa, lalu dikreasilah riset payung atas nama saya. Tema penelitian tidak selalu saya yang kasih. Pernah suatu waktu, karena terlambat pengurusan administrasi, akhirnya pembiayaan riset payung tidak cair. Karena sejak awal saya berkomitmen untuk membiayai riset mahasiswa, saya pun menepatinya,” terang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Kemasjidan tersebut.
Bagi mahasiswa, kolaborasi ini mendatangkan beberapa keuntungan. Pertama, mereka mendapatkan pembimbing yang tepat. Kedua, riset akhir mahasiswa terbiayai. Ketiga, karena tergantung pada jadwal penyelesaian riset payung, tim akan mengerjakannya tepat waktu. Artinya, proses kelulusan mahasiswa dapat lebih mudah.
Keuntungan keempat, bagi mahasiswa yang dinilai berkualifikasi mumpuni dapat melanjutkan minat risetnya bersama Prof Ambar, meski riset kolaboratif untuk kepentingan kelulusan telah usai. Penilaian kualifikasi mereka didapatkan saat riset payung ditempuh bersama.
“Mereka ada yang magang di kantor saya. Ada pula yang sudah lulus, saat saya kontak, ia tertarik turut dalam riset bersama saya. Hubungan saya dengan para mahasiswa bimbingan saya terus berlanjut, meski mereka telah lulus,” katanya.
Bahagia Bantu Mahasiswa
Prof Ambar mudah berempati pada mahasiswa, karena semasa kuliah dahulu, perempuan kelahiran Klaten ini juga pernah mengalami masa-masa sulit. Betapa ia pernah merasakan perjuangan tak kenal menyerah untuk bisa kuliah, mulai dari biaya pas-pasan hingga proses perkuliahan yang sering kali rumit.
“Kalau mahasiswa yang lain liburan setelah ujian, saya harus kulakan baju untuk dijual kembali. Dengan begitu, saya punya uang untuk digunakan sebagai biaya hidup. Saya juga tinggal di indekos yang terbilang murah meriah agar saya tetap bisa menyelesaikan pendidikan tinggi saya,” kenangnya bersemangat.
Pengalaman inspiratif itu membuatnya berinisiatif untuk berkolaborasi dengan mahasiswa akhir. Ia sadar, untuk menyelesaikan studi pendidikan tinggi, tidak semua keluarga dapat menempuhnya. Bila pun dapat ditempuh, bisa jadi dengan perjuangan yang habis-habisan. Bantuan bimbingan dengan garansi pembiayaan pun ditawarkan Prof Ambar untuk mengurangi beban tersebut.
Riset payung senyatanya juga dapat berpengaruh kepada minat dan kapasitas mahasiswa akan penelitian. Bila sebelumnya mereka kesulitan karena terlalu banyak beban yang harus diselesaikan, kini lantaran berkolaborasi, terasa lebih enteng. Seperti diketahui, pertumbuhan minat di kalangan mahasiswa untuk melakukan riset bukanlah hal mudah.
Di sisi lain, hasil riset dapat pula dikoneksikan dengan kebutuhan masyarakat, salah satunya lingkup industri. Uji laboratorium yang memadai tentang komoditas tertentu dan layak dilepas ke publik untuk dikonsumsi merupakan kontribusi nyata yang mendatangkan kemanfaatan.
Lebih lanjut, Prof Ambar mengucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya, kepada berbagai pihak, atas capaian selama ini, terlebih UMS. Tanpa berbagai bantuan itu, rasanya ia belum tentu dapat meraih cita-cita.
“Saya sangat berterima kasih kepada UMS atas beasiswa yang telah diberikan kepada saya. Hasilnya, saya dapat menyelesaikan kesarjanaan saya di FKIP Pendidikan Biologi UMS. Dari sanalah saya mulai mendapatkan berbagai anugerah selanjutnya, yakni meraih Master dan Doktor Biologi dari Universitas Gadjah Mada, lalu sekarang Guru Besar,” ucapnya.
Editor: Rahma Frida