

Parwanto Mulyo Saputro, dari Guru Kursus menjadi Anggota Dewan
/ Inspirasi
Kedekatan dengan masyarakat menjadi kunci pemenangan kontestasi Pemilu.
Dj. Respati
Founder Kartasura Library
Ketika itu, awal tahun 2008. Parwanto Mulyo Saputro, seorang makelar mobil alumnus Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), baru saja tiba di rumah. Karena jadwal yang tak menentu, sehari-hari, ia bisa pulang hingga senja memerah, pertanda hari hendak berganti.
Belum usai berganti baju, ia dikejutkan oleh suara ketukan pintu dari luar. Padahal, ia hendak menyandarkan tubuh untuk melepas lelah setelah seharian berkeliling. Suara ketukan pintu yang berulang akhirnya membatalkan niat duduk beristirahat. Ia berjalan ke arah pintu depan.
Saat pintu dibuka, betapa terkejutnya ia. Beberapa tokoh masyarakat desanya berkunjung. Sesaat terdiam, hati kecilnya bertanya-tanya, ada apa. Masih dalam suasana serba-canggung, para tamu pun dipersilakan masuk.
Perbincangan bermula dengan obrolan-obrolan ringan, seputar kabar masing-masing, cuaca, dan berbagai hal basa-basi lain sebagai pengantar pengiring hal utama. Obrolan meningkat ke masalah-masalah kampung di Desa Makamhaji, apa saja. Singkat cerita, setalah suasana cukup kondusif, para tokoh masyarakat itu menyampaikan niat atau maksud sesungguhnya.
“Pak Anto, maksud kedatangan kami ke rumah Bapak untuk meminta Bapak supaya maju dalam pemilihan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sukoharjo. Sebab, Makamhaji itu belum ada wakilnya. Padahal, jumlah penduduk dan tingkat partisiasi pemilih cukup besar. Kalau bisa lewat PDI Perjuangan, karena jumlah pemilih cukup banyak,” seorang tamu berujar demikian.
Anto merasa super terkejut. Ajakan itu tentu saja tidak langsung dijawab. Terjadi dialog dalam hati. Ia tarik napas cukup panjang untuk melepas ketegangan dan mengembalikan keseimbangan. Bagaimana tidak tegang. Belum juga hilang raut letih usai bekerja, tiba-tiba hadir permintaan untuk menjadi calon anggota Dewan.
“Saya belum bisa langsung memberi jawabannya sekarang. Saya pikirkan dulu dan diskusikan dengan keluarga besar,” tuturnya kemudian.
Pertemuan penuh kehangatan, keakraban, dan sedikit ketegangan itu menjadi hari bersejarah yang penuh harapan akan masa depan Desa Makamhaji. Siapa sangka, dari tak banyak warga Kartasura yang mengenalnya, Anto sekarang dikenal semua pejabat teras di Sukoharjo.
Demikian pula warga masyarakat, terkhusus Daerah Pemilihan (Dapil) III Sukoharjo. Namanya sangat familier di kalangan ibu-ibu muda. Sewaktu turun ke bawah (turba), banyak dari mereka yang ber-swafoto meski harus antre.
Anto mengisahkan sekelumit penggalan cerita tersebut dalam sesi ‘Kisah Inspiratif dari Alumni’, dalam acara Reuni Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) angkatan 1993 yang digelar Forum Komunikasi Mahasiswa Psikologi UMS (Forkomaspsia) 1993. Kali ini pertemuan diadakan di Pendopo Krido Bakti Desa Pengkol, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur, di mana Kepala Desanya juga Alumni UMS.
“Waktu kuliah saya bukanlah mahasiswa yang aktif di kampus, dalam arti menjadi aktivis kampus, baik di Senat Mahasiswa (SM), Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), maupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), sehingga saya tak seterkenal Mas Edi Purnomo, Mas Budi Pras, Mas Agus Zaini, maupun Mas Cipto Santoso,” paparnya jujur.
Menurutnya, ia hadir di kampus saat jam kuliah yang diambil saja. Apabila interval waktu antar-mata kuliah satu dengan mata kuliah selanjutnya berdekatan, saya biasanya menunggu di taman depan kampus sembari mengobrol dengan teman-teman lain yang juga menunggu. Bila jarak waktunya lama, ia kembali ke tempat kerja.
“Mohon maaf kalau tidak begitu banyak mengenal teman-teman saat itu,” ucap Anto bersahaja.
Lebih lanjut, ia berkisah, keluarganya bukanlah keluarga kaya. Ia harus bekerja sebagai tenaga pengajar komputer di LPK Kusuma Murti, Bonafide College, Central Sistika, pada rentang tahun 1995 hingga 1998.
Karena tuntutan pekerjaan menjadi prioritas utama, ia terlambat lulus sarjana, baru pada tahun 2003, atau menghabiskan waktu kurang lebih 10 tahun kuliah. Anto bahkan menyelesaikan studi pascasarjana Magister Manajemen UMS pada tahun 2010.
Berkah dari mengajar, ia menemukan dambaan hati yang sekarang menjadi istrinya. Sang istri dahulu salah satu siswa LPK. Namanya, Agustina Fajar Utara. Anto lantas memberikan dukungan agar siswanya tersebut melanjutkan pendidikan hingga Sarjana. Sekarang, sang istri mengajar di Sekolah Negeri Kartasura.
Kronik hidup selanjutnya, Anto menekuni bisnis jual beli komputer hingga tahun 2005. Sayangnya, usaha itu pun kolaps, terkendala modal.
Terpilih Empat Kali
Politisi kelahiran Wonogiri ini menceritakan bahwa ia terjun ke ranah politik mulai Era Reformasi bergulir. Tahun 2008, ia diminta masyarakat untuk turut berkontestasi pada Pemilu 2009. Ia pun terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Sukoharjo.
Banyak yang terheran-heran, terutama para senior partai. Mereka bertanya-tanya, siapa gerangan anak muda yang baru nongol langsung bisa terpilih mengjadi anggota dewan. Anto menyampaikan kiat dan modalnya untuk bisa terpilih. Ia berpandangan, modal atau uang tetap diperlukan. Namun, jika tak pas atau tepat sasaran, sebesar apa pun akan menguap begitu saja tanpa mendapat perolahan suara.
Secara offline, Anto menyasar masyarakat langsung, seperti kelompok pengajian ibu-ibu atau para remaja Karang Taruna.
“Apa kebutuhannya kita bantu untuk memenuhinya, dengan budget yang terukur. Awalnya pakai modal sendiri lalu ada patungan keluarga dan warga. Namun, setelah terpilih harus mampu memanen dana apresiasi dengan merata pada konsutuien yang memilih. Bila tidak bisa memanen dengan baik, sulit untuk bisa terpilih kembali. Banyak anggota dewan yang tidak lolos karena gagal mengelola dana aspirasi,” jelasnya.
Anto terpilih empat periode berturut-turut, yakni 2009/2014, 2014/2019, 2019/2024, dan Pemilu 2024/2029 dengan perolehan suara 6.633. Empat periode pengabdian jadi dewan berarti 20 tahun menjalani peran sebagai wakil rakyat dengan segala suka duka dalam satu partai yang sama dan dapil yang sama.
“Biaya politik yang kian naik, akhirnya memecut saya untuk membuka usaha. (Salah satunya) bidang pengelolaan parkir yang telah bekerja sama dengan beberapa rumah sakit. Alhamdulillah, walau belum lama namun telah mendapat kepercayaan. (Ada) rasa jenuh juga, namun semua itu tergantung penugasan,” tuturnya diplomatis.
Editor: Astama Izqi Winata