

Ika Candra Sayekti, Dosbing Istimewa Bagi Mahasiswa Bermental Juara
/ Inspirasi
Dosen FKIP UMS ini menolak permohonan bimbingan, bila mahasiswa tidak berkomitmen juara.
PABELAN, Kartasura | Pembawaannya ceria, bersahabat, dan bersemangat. Ia dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Namanya, Ika Candra Sayekti.
Meski terbilang akrab dengan mahasiswa, untuk urusan bimbingan kegiatan kemahasiswaan, Ika Candra dikenal ketat dan pilih-pilih. Ia hanya bersedia menjadi pembimbing, bila mahasiswa memiliki tekad dan komitmen yang kuat untuk juara.
“Saya mulai mengajar di UMS pada tahun 2014. Memasuki tahun 2017, saya diperkenankan untuk membimbing mahasiswa. Setelah beberapa tahun berjalan, saya dapat membedakan, mana mahasiswa yang sungguh-sungguh dan mana yang tidak. Sama-sama capek, saya akhirnya memberi standar lebih kaku agar semua kerja keras ini tidak sia-sia,” ujar Ika Candra kepada Surakarta Daily di ruangan kerjanya, beberapa waktu lalu.
Ia membagikan pengalamannya sekian tahun menjadi pembimbing mahasiswa pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa).
Bimbingan bermula dari usulan proposal. Usai berhasil memenangi seleksi dengan skema pembiayaan tertentu, berlanjut ke kontestasi lebih tinggi, yakni dipertandingkan dengan kelompok-kelompok lain dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Apabila memenuhi kriteria tertentu, PKM dapat bermuara ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), sedangkan PPK Ormawa ke Abdidaya.
“Saya sudah tekankan untuk berkomitmen saja, terkadang masih ada yang berubah pikiran di tengah perjalanan program. Padahal, sudah dibiayai, dan tim sedang dalam proyeksi event nasional. Mau tidak mau, personel yang mengundurkan diri harus segera dicarikan penggantinya agar program terus berlanjut,” ucapnya.
Gaya bimbingan sang dosen yang dekat dengan mahasiswa, tapi juga habis-habisan saat bertanding, diapresiasi oleh Vera Dewi Nazarina. Ia pernah berperan sebagai Ketua Tim PKM bimbingan Ika Candra.
“Beliau itu sangat teliti jika sedang membimbing. Bahkan revisi bisa sampai sepuluh kali, sebelum di-submit ke sistem. Terus totalitas saat bimbingan. Kami pernah bimbingan sampai jam 01.00 malam untuk mengejar deadline PKM. Bu Ika fast respon saat kami diskusi di grup PKM mengenai sesuatu yang masih kami bingungkan,” ungkap mahasiswi FKIP PGSD UMS tersebut.
Bukan hanya itu, sambung Vera, sang dosen sering kali memberi saran dan masukan. Vera dan kawan-kawannya merasa hubungan yang terjadi antara dosen dan mahasiswa terasa lebih seperti teman sendiri.
“Pembawaannya yang enjoy, friendly kepada mahasiswa, sehingga kami pun merasa tak sungkan untuk menyampaikan kesulitan kami saat program PKM,” tuturnya.
Di tengah kesibukannya yang padat, tak segan Ika Candra terjun bersama mahasiswa ke lapangan, untuk memonitor dan mengevaluasi program, terutama kegiatan PPK Ormawa. Ia mengaku, keseriusannya muncul dan menguat, karena rasa penasaran yang menggebu-gebu. Penasaran akan kriteria-kriteria yang lolos, pun kepada puncak aktivitas di setiap program. Itu sebabnya, saat melakukan bimbingan, ia dapat menikmati proses yang sering kali berat dan sulit ditempuh.
Jejak Juara
Tergabung dalam Kontingen UMS pada perhelatan bergengsi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 tahun 2024 di Universitas Airlangga Surabaya, tim bimbingan Ika Candra berhasil meraih Medali Perunggu Poster Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) II, mengusung ‘SPED Gently: Smart Psychoeducation Berbasis Game sebagai Strategi Meminimalisasi Tindak Anti-Bullying di SDN Gumpang 3 Kartasura’.
Tim ini diketuai oleh Vera Dewi Nazarina dari Prodi PGSD, beranggotakan Muhammad Isnaini Kusuma dari Prodi Pendidikan Teknik Informatika, Ela Fitriana dari Prodi PGSD, Aisyah Rizky Aulya dari Prodi Psikologi, dan Dewi Novitas dari Prodi PGSD.
PIMNAS ke-37 yang berlangsung pada 14-19 Oktober 2024 diikuti oleh 528 tim dari 118 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Untuk meraih medali perunggu dalam kejuaraan ini jelaslah tidak mudah. Kontingen UMS harus bersaing dengan kampus-kampus ternama yang prestasinya telah tertoreh lebih dahulu di lembar sejarah.
“Saya senang para mahasiswa dapat meraih medali perunggu. Semoga prestasi ini dapat terus menyemangati mereka untuk berkiprah dalam dunia penelitian,” tandas Ika Candra.
Sebagai pembimbing, ia tidak hanya melaksanakan tugas saat dimohon oleh mahasiswa. Tidak sedikit pula ide penelitan dan pengabdian lahir darinya. Setelah dikomunikasikan dengan mahasiswa, dan semua sepakat, ide tersebut menjadi bagian penting penelitian atau pengabdian mahasiswa.
“Menang dan kalah itu bukan soal. Mental juara mahasiswalah yang penting. Kalau sudah begitu, mereka akan bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam melakukan penelitian dan pengabdian. Dari kemenangan dan kekalahan itu mereka juga belajar untuk semakin lebih baik di masa depan,” tutup Ika Candra bijak.
Editor: Rahma Frida