Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof Farid Wajdi. (Surakarta Daily/Dewa)
Farid Wajdi, Sang Profesor Pabelan : Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof Farid Wajdi. (Surakarta Daily/Dewa)
Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prof Farid Wajdi. (Surakarta Daily/Dewa)

Farid Wajdi, Sang Profesor Pabelan

Selamat kepada Profesor Farid Wajdi, anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Majalah Pabelan periode 1984-1985.

Nurkhamid Alfi
Alumnus Pers Mahasiswa Pabelan UMS

Profesor merupakan istilah lain dari Guru Besar. Guru Senior. Dosen dan atau Peneliti yang berprofesi di institusi pendidikan tinggi. Tetapi, ada yang mengatakan, Profesor tidak sama dengan Guru Besar. Benarkah? Untuk masalah ini, saya tidak ingin memperpanjangnya, karena bukan kapasitas saya.

Jelasnya, untuk mencapai kedua jabatan tersebut, dibutuhkan persyaratan yang luar biasa berat, dari sisi kapasitas akademik, kematangan intelektualitas, masa pengabdian, kualitas publikasi ilmiah yang dihasilkan, dan sebagainya.

Oleh karena itu, titahnya mengikat secara akademik, otoritatif di bidang keilmuan, serta sebagai rujukan dalam diskusi-diskusi ilmiah. Tentu sangat membanggakan, bukan hanya bagi keluarga pribadi Sang Profesor, tetapi juga seluruh keluarga besar almamaternya. Tidak terkecuali keluarga besar Alumni Pers Mahasiswa Pabelan.

Setelah beberapa bulan lalu Profesor Sabar Narimo dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surakarta, kini giliran Profesor Farid Wajdi, seorang anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan Majalah Pabelan periode 1984-1985.

Agaknya jabatan fungsional akademik dan penghargaan tertinggi ini akan bergilir secara terus-menerus untuk para Alumni Pabelan lain yang berkarya di Perguruan Tinggi. Giliran yang tidak terlalu lama, paling-paling hanya dalam hitungan bulan.

Saya dengar dari kejauhan bahwa banyak alumnus Pabelan, lulusan S3. Mereka telah lama mengabdi di berbagai perguruan tinggi. Catatan penelitiannya pun tercatat dengan baik dan aktif menuliskannya pada jurnal-jurnal ilmiah internasional yang kredibel dan akuntabel.

Mengapa saya begitu yakin? Karena mereka telah mempunyai modal kuat sejak mahasiswa. Aktivis Pers Mahasiswa adalah insan akademik yang sudah terbiasa dalam kerja-kerja ilmiah, baik itu penulisan maupun penelitian. Bahkan aktif dengan pemaparan kertas ilmiah pada seminar-seminar.

Pada aktivitas pers kampus, mahasiswa telah disibukkan dengan gagasan-gagasan ilmiah. Dalam sejarahnya, tecermin jelas. Peranan pers kampus sebagai the central of learning atau agent of development mempunyai andil sebagai agen pembaruan.

Maka saya tidak heran ketika banyak alumni Pabelan lantas berprofesi sebagai dosen dan akhirnya, berprestasi.

Memang tidak dipungkiri, ada kemudahan dalam proses seleksi awal, khususnya masuk sebagai dosen di UMS. Sejatinya bukan privilege. Bukan diberi kemudahan. Namun, memang dibutuhkan.

Itu pun pernah saya rasakan. Sebelum bekerja di ‘dunia lain’, saya pernah ditawari sebagai dosen Fakultas Teknik Mesin UMS. Tawaran itu datang bukan hanya satu kali. Beberapa kali. Bahkan ketika saya sudah berada di Tiongkok untuk sebuah proyek bersama PT Bakrie & Brothers, empat tahun setelah meninggalkan kampus. Hanya karena beberapa alasan, dengan halus tawaran itu saya tolak.

Karena kesempatan menjadi dosen saya tolak, tentu saya tidak boleh iri pada teman-teman yang lantas mendapat fasilitas beasiswa untuk kuliah sampai S3. Apalagi bermimpi memperoleh penghargaan sebagai Profesor. Biarlah saya cukup berkarya ‘di luar akademik’ dengan sesekali melihat perkembangan para alumni Pabelan, dan... membanggakannya.

Selamat kepada Kakanda Profesor Farid Wajdi. Semoga ilmunya semakin berguna bagi kemajuan umat, bangsa, dan negara.

Tak lupa, dalam kesempatan ini, saya mengucapkan, Selamat Tahun Baru 2024. Semoga tahun baru ini membawa kemajuan, kebahagiaan, kesehatan, dan kita semua dalam lindungan Allah SWT. Aamiin ya Mujibassaailiin.


Berita Terkait

Mungkin Anda Tertarik