

Endang Setyaningsih, Dosen Pembimbing Berkarakter Positif
/ Inspirasi
Kesabaran dalam membimbing mahasiswa bak seorang ibu berhasil melahirkan banyak mahasiswa berprestasi.
PABELAN, Kartasura | Bersendikan profesionalitas, relasi antara para pendidik dan peserta didik dalam sebuah lembaga pendidikan, sering kali diperankan sebatas tuntutan pekerjaan. Tidak jarang dijumpai, para dosen, misalnya, tidak dapat dihubungi, selain waktu resmi atau jam kerja yang telah ditentukan perguruan tinggi.
Tak heran, banyak mahasiswa merasa tidak nyaman dan khawatir, bila harus berurusan dengan dosen-dosen yang bereputasi formalis dan kurang familier. Energi mahasiswa yang besar bahkan cenderung meledak-ledak tidak tersalurkan optimal, lantaran tersumbat jalur-jalur komunikasi rumit.
Hal serupa itu tidak berlaku bagi Endang Setyaningsih, seorang dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bertahun-tahun membimbing mahasiswa dalam berbagai kontestasi penelitian dan pengabdian berbagai level sedari 2009 mengantarkannya pada apresiasi publik yang sepadan.
“Tahun pertama mengajar di UMS, saya langsung mulai membimbing mahasiswa. Dari nol pengalaman, saya mencoba selama bertahun-tahun, sampai akhirnya mulai menampakkan peningkatan, tahap demi tahap,” tutur Endang di Auditorium Mohamad Djazman kepada Surakarta Daily, beberapa waktu lalu.
Minat dan kemampuan mahasiswa yang bervariasi tentu saja membutuhkan pendampingan beragam. Mahasiswa Doktoral Pendidikan Biologi Universiti Pendidikan Sultan Idris Malaysia tersebut mengandalkan kesabaran diri dan meluangkan waktu seoptimal mungkin bagi keberhasilan penelitian dan pengabdian mahasiswa yang ia bimbing.
“Saya terbilang tegas kepada mahasiswa tentang keseriusan mereka. Tapi saya luwes, bila mereka membutuhkan saya. Kalau sabar, itu pasti. Mereka sedang belajar. Bukan hanya belajar meneliti dan mengabdi, tapi juga belajar sungguh-sungguh. Kalau mereka mengontak saya untuk berkonsultasi setiap saat, saya biasanya merespons, meski tidak harus bertemu muka,” terang Endang.
Mulanya, ia mendampingi banyak mahasiswa bahkan pernah sendirian. Dari waktu ke waktu, kepekaannya sebagai pembimbing semakin terasah. Prosesi yang dahulu terasa kompleks dan melelahkan mulai dapat diurai dengan pemetaan yang semakin matang. Walhasil, prestasi demi prestasi terus menghampiri. Sebuah hasil yang tidak lupa pada prosesnya.
Misalnya, pada gelaran Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) ke-30 di Makassar tahun 2017. Dari delapan tim yang dikirim oleh UMS, salah satunya berhasil memenangkan medali perunggu. Tim bimbingan Endang ini diketuai oleh Wulanda Setty Siamtuti dengan karya ilmiah, ‘Insektisida Idu Abang (Insekdubang)’. Hasil riset tersebut juga memenangi beberapa penghargaan dalam waktu dan kontestasi berbeda.
Pada lingkup Asia Tenggara, Endang mengantarkan tim UMS memenangi medali emas dalam Ulul Albab Competition tahun 2024 yang digelar Universiti Pendidikan Sultan Idris Malaysia. Selain itu, raihan medali emas ditorehkan ketika event Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) yang dilaksanakan di Bangkok Thailand tahun 2024.
Keibuan
Wulanda Setty Siamtuti, alumnus UMS yang pernah dibimbing Endang mengungkapkan sisi keibuan sang pembimbing begitu luar biasa. Dari sanalah kekuatannya sebagai pemimpin tim lahir dan akhirnya berbuah prestasi.
“Kredibilitas dan pengalaman Bu Endang dalam membimbing mahasiswa tidak diragukan. Beliau memiliki ketegasan, namun tetap disenangi mahasiswa. Ketika bertanya mendetail pun, mahasiswa dapat memberikan jawaban atau masukan yang tepat dan logis,” ujar Wulan memberikan kesaksiannya.
Endang, lanjut Pengajar MA Al-Islam Jamsaren Surakarta itu, tidak akan mengabaikan mahasiswa yang ingin berkonsultasi atau bimbingan bahkan pada waktu senggang.
“Hal itu sangat memberikan power yang sangat luar biasa. Karakter positif dan aura positifnya menyalur kepada kami,” ucap Wulan.
Testimoni lain disampaikan Eriza Putri Ayu Ning Tias. Menurutnya, kelebihan sang doseng pembimbing ada pada kesabarannya. Endang dikenang sebagai dosen yang tidak kenal lelah membimbing mahasiswa-mahsiswanya untuk bertumbuh.
“Bu Endang selalu memotivasi kami dengan sifat keibuan. Kami sharing berbagai hal, bukan hanya seputar persoalan akademik. Beliau tidak keberatan untuk membantu walaupun hanya dengan saran dan doa. Intinya, beliau itu sabar dan baik banget,” kata Eriza.
Eriza berkisah, ia mulai berinteraksi dengan Endang sejak Semester Tiga. Ketika itu, Endang menawarinya program Seleksi Mahasiswa Berprestasi. Sejak itu, Eriza merasa nyaman dalam bimbingan Endang, hingga memenangkan beberapa penghargaan, juga sering diajak untuk berkolaborasi dalam pengabdian dan riset.
“Hingga kini saya masih sering dibantu dan dibimbing oleh beliau, walaupun saya melanjutkan jenjang magister di universitas lain,” pungkasnya.
Editor: Rahma Frida