

Bukan yang Terbaik, Tapi Rahim Pemimpin Terbaik
/ Inspirasi
Mahasiswa kampus Muhammadiyah umumnya menengah ke bawah, terlihat sederhana, serta polos adanya, tapi adab menjadi standar reputasi penting.
M. Aditya Warman
Ketua Ikatan Alumni Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dewan Pengawas BPJS ketenagakerjaan.
Cerita mengesankan itu bermula dari sini. Tetap saja, saya merasa bangga, lulus dari kampus ini. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dosennya sederhana dan tawadhu. Kampusnya biasa saja, dengan tidak menjadikan reputasi sebagai segala-galanya.
Wacana keilmuan dan keislaman adalah tujuan besarnya, buah perpaduan smart people yang sejalan dengan wise people. Semua mengalir dalam ekosistem belajar berbagi keteladanan sebagai jatidiri, adab, serta legacy yang dibawa mereka dalam kemuliaan diri.
Begitulah kampus Muhammadiyah. Lembaga pendidikan ini melatih jiwa-jiwa polos berderap untuk jalanan berkelok di ujung masa kelak nanti.
Hari ini, saat paradoksi pola kebijakan pendidikan nasional kehilangan arah serta banyak kampus sebatas memoles reputasi dengan jual-beli gelar demi gengsi para pejabat negeri serta memenuhi hasrat mencari ruang profit belaka, perguruan tinggi Muhammadiyah justru menuai prestasi. Pemeringkatan di level dunia tumbuh dan naik signifikan. Berbagai apresiasi sebagai pengakuan pun membanjiri ruang sivitas akademika sejumlah kampus Muhammadiyah.
Muhammadiyah tetap bertahan dengan iuran kuliah yang murah meriah. Iuran yang meski naik, tak seberapa besar setiap tahunnya, agar anak-anak tak mampu negeri ini dapat menjangkaunya. Muhammadiyah memahami pendidikan sebagai hak bagi rakyat Indonesia.
Semua tahu, banyak keluarga yang mendaftarkan anak-anaknya ke kampus Muhammadiyah karena murahnya. Semua tahu, para pendaftar kampus Muhammadiyah bahkan tidak memiliki pilihan lain. Semua tahu bahwa terkadang kampus Muhammadiyah bukanlah pilihan utama.
Namun pada praktiknya, Muhammadiyah begitu tahu bagaimana menjadikàn anak bangsa menjadi calon pemimpin terbaik. Ceritanya tentu saja berbeda dengan kampus-kampus papan atas yang ‘jaim’ menjaga reputasi an-sich. Kampus-kampus ini terus berlomba mencari potensi kapabilitas talenta sebagai kriteria dan syarat mutlak untuk diterima.
Sementara kampus Muhammadiyah membuka ruang bagi siapa pun yang ingin masuk dan dapat belajar. Muhammadiyah bertanggung jawab secara moral untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa serta kesadaran atas hak dasar bagi siapa pun anak bangsa melalui 147 universitas Muhammadiyah di berbagai pelosok negeri sebagai pintu gerbang kawah candradimuka terbaik perserikatan.
Ratusan perguruan tinggi Muhammadiyah didukung oleh sikap moral para pendidik yang terpatri nilai-nilai Kemuhammadiyahan dengan sikap sabar dan tawadhu. Mereka membasuh, mendidik, dan menempa mereka penuh welas asih serta keteladanan.
Para peserta didik yang semula biasa saja, seiring waktu menjadi hebat luar biasa. Setelahnya, lahirlah sosok-sosok bertalenta unggul dan bersiap menjadi key player penentu arah cita-cita Pendiri Bangsa kelak.
Demikianlah sosok guru-guru dan pendidik Muhammadiyah yang sederhana dan tanpa pamrih. Mereka menyemai nilai-nilai kemuhammadiyahan serta akidah keislaman sebagai values. Patut disadari, hakikat pendidikan, etika moral, dan adab akan tumbuh menjadi belief jatidiri seseorang.
Alangkah hebatnya negeri ini bila memiliki kebijakan pendidikan yang menyertakan karakter bangsa sebagai prioritas. Siapa pun mereka, walau berbeda asal, warna kulit, etnis, agama, dan peradaban, bukan ukuran untuk di-tebang pilih. Semua dilakoni dengan sepenuh hati.
Muhammadiyah begitu paham, apa arti kemajemukan, keragaman, dan nasionalisme. Values yang terus mengiringi nilai-nilai inti Persyarikatan.
Lompatan Pendidikan Nasional
Muhammadiyah telah menempuh jalan panjang dan berkelok atas problem-problem pendidikan bangsa. Ketika terjadi gaduh politik, Persyariaktan tidak serta-merta bereuforia dan latah, lantas ikut cawe-cawe atasnya.
Sang Ketua Umum, Haedar Nashir, punya sikap moral jelas atas kebijakan pendidikan yang tidak untuk diperjual-belikan atas nama politik praktis, tetapi mendidik adalah amanah para Pendiri Bangsa yang patut dijaga kualitas dan keberlanjutannya.
Oleh lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah, pengabdian dan ketelatenan para pendidik bagi calon pemimpin bangsa dimulai. Mereka menempa dan membentuk kultur Persyarikatan sebagai benih baik bagi mahasiswa.
Peserta didik kemudian tumbuh bak desain produk berkualitas unggul, berpresisi, dan berdaya. Kampus Muhammadiyah menyemai keteladanan serta mempertahankan values benih baik atas setiap inisiatif bagi karier mereka kelak.
Mereka bersiap melompat jauh dan menapaki pilihan karier dengan pasti. Walau terkadang tidak mudah, tetapi bersama benih baik Muhammadiyah, mereka terus membawa serta dan menyemaikan keteladanan.
Begitulah karakter khas kemuhammadiyahan yang melekat kuat, serta mengakar dalam kinerja unggul dan amanah, bagai cermin yang tak retak oleh sikap instant orang-orang di sekelilingnya.
Tidak sedikit lembaga pendidikan di luar sana yang menyajikan program lulus tanpa kuliah, gelar yang dapat dibeli, serta reputasi tanpa upaya, sebagai sebatas pepesan kosong demi posisi tanpa ikhtiar.
Fenomena perilaku yang tanpa malu atas keserakahan bahkan dipertontonkan dalam lorong gelap korupsi tiada henti oleh para pejabat negeri ini merupakan bukti konkret hasil pendidikan yang patut dibenahi. Bagai masa yang absurd, ketika sebuah negeri mendapati para pejabatnya dipenuhi warisan buruk. Sebab, kelak semua itu menjadi cerita bagi anak-cucu kita.
Meri terus mengingat pesan dari pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, “Jangan cari hidup di Muhammadiyah, tapi hidup-hidupilah Muhammadiyah.”
Terima kasih Muhammadiyah atas legacy tanpa batas yang berhasil mengantarkan para pemimpin bangsa menata barisan atas amanah kepemimpinan nasional. Kini, publik dapat menyaksikan para punggawa pendidikan nasional datang dari Muhammadiyah. Sosok-sosok pemimpin terbaik Muhammadiyah yang amanah dan rendah hati.
Kami semua, para talenta unggul Muhammadiyah di 147 Universitas serta lebih dari 5000 sekolah dasar, menengah, dan atas begitu bangga memberikan dukungan moral atas lembaga pendidikan yang tetap dalam keteladanan. Bagaimana pun pendidikan Muhammadiyah adalah cermin masa depan anak bangsa. Sebuah amanah menuju lompatan besar bagi pendidikan nasional.
Editor: Astama Izqi Winata